Bila Musibah Datang
Dalam
surat al-Fajr ayat 15 dan 16 Allah swt. menggambarkan paradigma manusia tentang susah-senang, berkecukupan-serba
kekurangan, manis-pahit, kaya-miskin, dan sebagainya. Dalam ayat tersebut Allah
berfirman, “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia
dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata; Tuhanku telah
memuliakanku. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia
berkata; Tuhanku menghinakanku.” Dalam ayat
tersebut, Allah menginformasikan kepada kita bahwa manusia seringkali
mengira bahwa yang namanya ujian itu ialah perkara yang menyulitkan dirinya
sementara kesenangan yang diprolehnya dianggap sebagai kemuliaan yang diberikan
Allah kepadanya.
Dengan
paradigma tersebut, maka manusia akan menganggap negatif setiap perkara yang
dirasakan pahit oleh dirinya yang pada akhirnya akan menuntunnya untuk berburuk
sangka kepada Allah. Padahal Allah telah menetapkan bahwa beserta kesulitan ada
kemudahan. “inna ma’al ‘usri yusra”
Allah
akan menguji hamba-Nya dengan kesulitan dan kebaikan. Hal tersebut disebutkan
oleh Allah dalam surat al-A’raf ayat 168 , “Dan Kami coba mereka dengan
(nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali
(kepada kebenaran)”. Dan surat al-Anbiya ayat 35, “Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.”
Ketika
manusia sudah sangat lemah dalam menghadapi kesulitannya, barulah ia ingat
kepada Sang Pencipta, seraya memohon kepada-Nya untuk dibebaskan dari kesulitan
yang sedang dihadapinya, bahkan dalam permohonannya itu diiringi dengan janji
untuk bersyukur kepada-Nya. Dan Allah mengingatkan kita bahwa yang akan
menyelamatkan kita dari segala kesulitan hanyalah Allah, maka tak pantas
manusia untuk menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dalam surat al-An’am ayat 63
dan 64 Allah berfirman, “Katakanlah, siapakah yang dapat menyelamatkan kamu
dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah
diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan; sesungguhnya jika Dia
menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang
bersyukur. Katakanlah, Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari
segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya."
Kebaikan
yang kita peroleh selayaknya disikapi dengan syukur kepada Allah dan kesulitan
yang kita hadapi selayaknya diterima dengan kesabaran. Karena kebaikan yang
kita peroleh bukanlah semata-mata atas usaha dan kemampuan kita ataupun atas
kekuasaan dan kehendak dari selain Allah. Dan kesulitan yang kita hadapi pun
bukan atas dasar kemampuan orang lain atau sesuatu yang dapat memadharatkan
kita karena tiada yang dapat memberi manfaat dan madharat selain Allah.
Sebagaimana
halnya hujan yang turun dari langit, adakalanya
kita merasa kesal dengan turunnya hujan, namun ternyata banyak manfaat
yang ditimbulkan dari hujan. Demikian juga halnya dengan kejadian gempa,
tsunami, angin topan dan meletusnya gunung, semuanya adalah bagian dari
fenomena alam yang pasti akan dialami oleh manusia dan pasti memiliki manfaat
yang banyak bagi kehidupan manusia. Misalkan, dari sebulan atau enam bulan
pengaruh letusan gunung berapi, bisa jadi akan dihasilkan jutaan kubik pasir
yang akan dimanfaatkan manusia selama puluhan tahun, belum lagi kesuburan tanah
dan manfaat lainnya.
Dengan
itu semua, yang terpenting bagi setiap muslim ialah menerimanya dengan penuh
keimanan jangan sampai terjebak dalam dosa syirik. Karena jangankan kejadian
yang besar, dengan kejadian yang kecil pun, jika tidak diterima dengan
keimanan, maka akan menggiring manusia kufur terhadap Allah. Hal tersebut Allah
sebutkan dengan memberikan ilustrasi dua sikap manusia dengan perumpamaan yang
Allah berikan berupa seekor nyamuk, “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat
perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang
yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka,
tetapi mereka yang kafir mengatakan; apakah maksud Allah menjadikan ini untuk
perumpamaan?. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan
dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak
ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik” (Al-Baqarah: 26)
Kebaikan
yang Allah berikan kepada kita, sambut dengan syukur dan kesulitan yang
dihadapi, terimalah dengan kesabaran. Inilah sikap seorang mu’min, sebagaimana
yang disabdakan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Muslim dari Sahabay Shuhaib, beliau
bersabda, “Sangat menakjubkan perkara orang mu’min, semua perkaranya baik.
Tidaklah dimilikinya sifat ini melainkan oleh orang mu’min. jika dia ditimpa
kesenangan dia bersyukur, maka itu baik baginya, dan bila ia ditimpa
kesengsaraan dia bersabar, maka itu baik bagi dia”
Ketika
sebuah musibah, diterima dengan berburuk sangka kepada Allah dan diikuti dengan
syirik, maka bisa jadi musibah yang diterima tersebut akan berubah menjadi
adzab. Untuk itu, renungkanlah firman Allah dalam surat al-An’am ayat 65, “Katakanlah,
dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari
bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling
bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang
lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih
berganti agar mereka memahami(nya)". Wallaahu a’lam bish-shawwaab (http://pzu.or.id/)
Tidak ada komentar