Mewaspadai Bahaya Tasyabbuh
عن ا بن عمر رضي ا لله
عنهما قال: قال رسو ل الله صلعم “من تشبه بقوم فهو منهم” (اخرجه ابودود\سنن ابودود :45:4)
Dari Ibnu Umar ia berkata Rasulullah saw. bersabda “Barangsiapa yang
menyerupai satu kaum, maka (adalah) ia dari mereka.” (H.R. Abu Daud, Sunan Abu Daud 4:45)
SYARAH HADITS
Syaih Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
dalam kitabnya “Shirotol Mustaqiem”: Sungguh telah menguatkan imam Ahmad
dan yang lainnya tentang hadits, yang menetapkan larangan tasyabbuh terhadap
mereka, sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat At-Taubah ayat 23.
وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ
فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (23)
Barangsiapa yang memilih mereka jadi
pemimpin maka mereka orang-orang yang dzolim.
Abdulloh bin Amer menjelaskan,
barangsiapa yang mendirikan bangunan di wilayah orang-orang musyrik dan ia
merayakan atau menghadiri pesta ulang tahun, baik itu pesta tahun baru atau pesta-pesta
lainnya, kemudian ia mengikuti kebiasaan dengan menyerupai mereka, ia melakukan
sampai mati, maka ia akan dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat. Kebiasaan
mereka itu mengandung tiga unsur yang menjadikan mereka tasyabbuh:
2. Menetapkan larangan tasyabbuh pada sebagian.
3. Dengan kebersamaannya menunjukan bahwa mereka
dari golongannya, selama mereka menyerupai kebiasaan yang tidak layak dilakukan
seorang muslim, yaitu berbuat kekufuran, kemaksiatan atau isyarat-isyarat
lainnya. Bahkan diriwayatkan dari Ibnu Umar dari Nabi saw. bahwa beliau
melarang tasyabbuh terhadap sesuatu yang tidak jelas (Mubham) atau samar,
tentunya yang dimaksud tidak jelas asal usulnya, dalil dan yang lainnya.
Bahkan Imam As-Shon’ani
menjelaskan dalam Subulussalam 4: 175, dalil di atas juga menjelaskan
bahwa siapa saja yang menyerupai kepasikan, kekufuran, perbidahan atau sesuatu yang
termasuk kebiasaan mereka baik dari segi berpakaian dan yang lainnya.
Dari keterangan di atas jelas, bahwa
menyerupai suatu kaum itu ada beberapa macam:
1. Dalam Ibadah atau Upacara Keagamaan
Dalam islam hari raya itu terjadi hanya dua
kali dalam satu tahun. Adapun ulang tahun kelahiran, perayaan tahun baru, valentine,
dan sebagainya, tidak pernah Rasulullah saw. atau para sahabat melakukannya begitu
pula dalam hal mengucapkan selamat di antara kaum muslimin –dinamakan tahiyyah–
di dalam urusan hari raya, ulang tahun, atau natalan tidak pernah Rasulullah
saw. atau para sahabat mangucapkannya. Secara sunnah dalam islam yang ada bukan
ucapan selamat (tahiyyah) tapi tahniah. seperti dalam hadits
dijelaskan.
عن جبير ابن نفير قال:
كان اصحاب رسول الله صلعم اذالتقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض: “تقبل
منا ومنك” قال الحافظ اسناده حسن
Atau di dalam riwayat Al-Baihaqi
dengan redaksi doa yang hampir sama
“تقبل
الله
منا ومنكم”
Semoga Allah menerima (Ibadah) kami dan
kalian.
Doa ini disunnahkan bila bertemu
satu sama lain pada dua hari raya itu, walaupun doa tersebut merupakan ijma
para sahabat.
2. Tentang Pergaulan di Dalam dan di Luar Rumah
Menjauhi pergaulan bebas yang akibatnya
sudah pasti dapat menimbulkan hal-hal negatif yang tidak diinginkan, ini semua
telah dilukiskan oleh mereka di belahan bumi barat yang dulu mengagung-agungkan
kebebasan dalam segala hal, termasuk seks, yang kini mereka menjerit, angka
perceraian sangat tinggi, akibatnya rumah tangga runtuh maka terjadilah
dekadensi moral. Padahal Allah Swt. dan Rasulnya telah menetapkan
rambu-rambunya dalam pergaulan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya.
وَلاَتَقْرَبُوا
الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلاً (32)
Dan janganlah kamu dekati Zina (Mendekati
zina adalah segala tindakan yang menjurus kepadanya seperti berpandangan,
berduaan, bergandengan tangan, berciuman dll.), sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Q.S. Al-Isra 32)
Jaring-jaring cinta diluar pernikahan telah
meninabobokan seseorang dalam tali asmara, asmara yang bergejolak menuntut
kesetiaan dan kesyahduan, hingga cinta buta jadi mahar untuk menghalalkan
segala cara dalam bergaul dengan pasangannya. Maka solusinya hendaklah
pergaulan itu didasari oleh sikap saling hormat menghormati antara pria wanita,
dengan senantiasa berpedoman pada batas-batas yang telah ditentukan oleh agama
yaitu dengan menjaga pandangan mata dan pergaulan bebas.
3. Tentang Berpakaian, Bergaya atau Beraksi
Dalam tasyabbuh, tidak hanya masalah
pergaulan bebas saja, terkadang pergaulan berbentuk mode atau gaya pakaian
sekarang sudah melekat di hati manusia, baik tua maupun muda, hal itu terjadi
karena kecintaan mereka terhadap hobinya baik itu melalui media massa atau
cetak, seperti adanya lagu-lagu berbagai aliran musik yang begitu membuai dan
memberi inspirasi serta penumbuh suasana syahwati, juga novel-novel,
cerita-cerita dalam majalah atau sinetron, yang di sana kadang menampilkan cara
berpakaian selebritis kemudian karena kecintaannya para penggemar mengikutinya,
perempuan memperlihatkan auratnya bahakan lebih dari itu dengan berbagai mode
pakaian, tak ketinggalan laki-lakinya
mereka ikut-ikutan bermode juga seperti mengembel-embeli anggota
tubuhnya dengan berbagai jenis aksesories atau perhiasan, gelang ditangan,
perhiasan di telinga (anting) dan leher.
Kini kebanyakan kaum muslimin di
berbagai belahan dunia bersikap “welcome” menyambut paket budaya barat
yang penuh borok itu, padahal semuanya merupakan bagian dari gerakan pemurtadan
yang mereka rencanakan secara rapi, bersifat semestawi, mendunia yang didukung
sarana canggih, mereka berjuang dengan harta dan jiwa, mereka menggiring,
menghalau kaum muslimin agar bersama-sama turut menjadi golongan mereka (bahan
api neraka) karena dendam, dengki, hasud yang bersarang dalam hati mereka. firman
Allah Swt. dalam surat An-Nisa: 140.
فَلاَ تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى
يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِّثْلُهُمْ
Janaganlah kamu duduk bersama dengan
mereka sampai mereka mengalihkan pembicaraan pada soal lain (bukan urusan
ibadah atau kebiasaan lainnya), kalau kamu berbuat begitu tentu kamu akan
serupa saja dengan mereka.
Islam menuntut supaya kaum muslimin
dapat dikenal sebagai muslimin dengan tanda zhahirnya, adapun keimanan dan
bathinnya terserah pada Allah. Jika kaum muslimin sendiri tidak mau menampakkan
syiar islam, maka tidak boleh kita menyesal apabila kita tenggelam dan lebur di
bawah bukan syiar-Nya yang tak akan pernah diridhai oleh Allah Swt. Wallohu
A’lamu Bi Showab.
Penulis
Ahmad Hidayatulloh (Sinan Dan Qifa)
Tidak ada komentar