Asyura: Antara Sunnah & Syiah (Bagian III)
Sikap Orang Syi’ah Terhadap Asyura
Orang Syiah menjadikan Asyura
sebagai hari berkabung, duka cita, dan menyiksa diri sebagai ungkapan dari
kesedihan dan penyesalan. Pada setiap Asyura, mereka memperingati kematian
Husen dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela seperti berkumpul, menangis,
meratapi Husen secara histeria, membentuk kelompok-kelompok untuk berkeliling
di jalan-jalan dan di pasar-pasar sambil memukul badan mereka dengan rantai
besi, melukai kepala dengan pedang, mengikat tangan dan sebagainya. (Lihat,
At-Tasyayyu’ Wa asy-Syi’ah, karya Ahmad al-Kisrawiy Asy-Syi’iy, Tahqiq Dr.
Nasyir Al-Qafari, hal. 141)
Menurut pengakuan ulama mereka,
perbuatan ini adalah usaha mereka dalam menebus dosa-dosa orang-orang Syi’ah
yang terdahulu, yang karena perbuatan mereka, Husen sampai mati terbunuh
(syahid) di Karbala.
Adapun asal muasal kemunculan bid’ah
yang demikian itu telah dijelaskan oleh Syekh Islam Ibn Taimiyah sebagai
berikut:
وكانت الكوفة بها قوم من الشيعة المنتصرين
للحسين وكان رأسهم المختار بن أبي عبيد الكذاب وقوم من الناصبة المبغضين لعلي رضي الله
عنه وأولاده ومهم الحجاج بن يوسف الثقفي وقد ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه
وسلم أنه قال سيكون في ثقيف كذاب ومبير فكان ذلك الشيعي هو الكذاب وهذا الناصبي هو
المبير فأحدث أولئك الحزن وأحدث هؤلاء السرور ... وهذه بدعة أصلها من المتعصبين بالباطل
على الحسين رضي الله عنه وتلك بدعة أصلها من المتعصبين بالباطل له وكل بدعة ضلالة ولم
يستحب أحد من أئمة المسلمين الأربعة وغيرهم لا هذا ولا هذا ولا في شيء من استحباب ذلك
حجة شرعية
Dulu di Kufah terdapat kelompok
Syiah, yang mengkultuskan Husen. Pemimpin mereka adalah Al-Mukhtar bin Ubaid
Ats-Tsaqafi Al-Kadzab (Sang pendusta). Ada juga kelompok An-Nashibah
(penentang), yang membenci Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Salah satu pemuka
kelompok An-nashibah adalah Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Dan terdapat hadis
yang shahih dari Nabi saw., bahwa beliau bersabda,
سَيَكُونُ فِي ثَقِيفٍ كَذَّابٌ وَمُبِيرٌ
“Akan ada seorang pendusta dan
seorang perusak dari bani Tsaqif.” (HR. Muslim)
Si pendusta adalah Al-Mukhtar bin
Ubaid – gembong Syiah – sedangkan si perusak adalah Al-Hajjaj bin Yusuf
Ats-Tsaqafi. Orang Syiah menampakkan kesedihan di hari Asyura, sementara orang
Khawarij menampakkan kegembiraan.
Bid’ah gembira berasal dari manusia
pengekor kebatilan karena benci Husain Ra, sementara bid’ah kesedihan berasal
dari pengekor kebatilan karena cinta Husain. Dan semuanya adalah bid’ah yang
sesat. Tidak ada satupun ulama besar empat madzhab dan ulama lainnya yang
menganjurkan untuk mengikuti salah satunya. Demikian pula tidak ada dalil
syar’i yang menganjurkan melakukan hal tersebut. (Lihat, Minhaj as-Sunnah
an-Nabawiyah, IV:333-334)
Dalam perkembangan Syiah
selanjutnya, ekspresi kesedihan itu diwujudkan dalam beragam bentuk ritual,
antara lain pada sepuluh hari pertama bulan Muharram, di sebagian negara
seperti Iran, sebagian wilayah Pakistan dan Irak, cahaya dimatikan, orang-orang
keluar rumah, anak-anak memenuhi jalan, mereka meneriakkan: wahai Husein, wahai
Husein…bunyi gendang terdengar di mana-mana. Ada juga yang menusuk dan menyayat
tubuhnya dengan pedang. Sebagai bentuk belasungkawa yang mendalam atas kematian
Husein. Pada saat yang sama, tokoh mereka berkhutbah menyampaikan kebaikan- kebaikan Husein dan mencela para
sahabat lainnya. Mereka mencela Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatab, dan
Utsman bin Affan.
Sementara itu, ketika tanggal 10
Muharram (hari Asyura), dihidangkan berbagai makanan khusus. Semua orang keluar
rumah, berkumpul di satu tempat yang disebut ‘tanah suci karbala’. Di sinilah
mereka melampiaskan berbagai bentuk kesyirikan, thawaf mengelilingi kuburan,
mencari berkah dengan mengusap-usap berbagai tempat yang mereka anggap suci,
sambil mendendangkan lagu dan menabuh rebana.
Berbagai rekaman kegiatan mereka tersebar
di internet. Anda yang ingin melihat gambar ritual Syiah, bisa mengakses di
google atau youtube dengan kata kunci: كربلاء
Untuk menguatkan motifasi dan cara
memperingati hari tersebut, ulama Syi’ah telah merekayasa hadis-hadis palsu
dengan memanipulasikan nama Ahlul Bait dalam usaha mereka, di antara hadisnya
sebagai berikut:
إن من بكى على الحسين أو تباكى غفر الله
له ما تقدم من ذنبه وما تأخر
“Barang siapa menangis atau
menangis-tangiskan dirinya atas kematian Husain, maka Allah akan mengampuni segala
dosanya baik yang sudah dilakukkan maupun yang akan dilakukan.” (Lihat,
asy-Syi’ah wa at-Tashhih ash-Shara’ baina asy-Syi’ah wa at-Tasyayu’, hal. 93)
كل الجزع والبكاء مكروه إلا الجزع والبكاء
لقتل الحسين
“Setiap kesedihan dan tangisan
adalah tercela kecuali kesedihan dan tangisan karena terbunuhnya Huisen.” (Lihat,
Amaliy Syekh ath-Thusi, I:163, bab 7, hadis No. 20; Wasaa’il asy-Syi’ah,
IV:505, bab 66, hadis No. 10; Bihar al-Anwar, XXXXIV:280, hadis No. 9; XXXXV:312,
hadis No. 14)
ان البكاء والجزع مكروه للعبد في كل
ما جزع ما خلا البكاء على الحسين بن على (ع) فانه فيه مأجور
“Sesungguhnya tangisan dan kesedihan
adalah tercela bagi hamba pada setiap kesedihan apapun kecuali tangisan atas
Huisen bin Ali, karena tangisan padanya akan diberi pahala.” (Lihat,
Kaamil az-Ziyarat, hal. 100, bab 32, Wasaa’il asy-Syi’ah, XIV:505, bab 66,
hadis No. 13; Bihar al-Anwar, XXXXIV:280, hadis No. 9; XXXXV:312, hadis No. 14)
Selain riwayat-riwayat di atas,
masih banyak lagi riwayat-riwayat palsu yang mereka rekayasa. Kurang lebih 458
riwayat, yang menerangkan kewajiban menziarahi makam para imam Syi’ah. Bahkan
dari jumlah tersebut, 338 riwayat di antaranya dikhususkan mengenai kebesaran
dan keutamaan serta pahala besar bagi peziarah makam Imam Husen Ra. atau ke
Karbala, di antaranya:
إنّ زيارة قبر الحسين تعدل عشرين حجّة،
وأفضل من عشرين عمرة وحجّة
“Sesungguhnya ziarah ke makam Husen
pahalanya sebanding dengan haji 20 kali, dan lebih utama daripada 20 kali umrah
dan haji.”
(Lihat, Furu’ al-Kafiy, I:324; Tsawab al-A’mal, karya Ibnu Babawaih, hal.
52; Tahdzib al-Ahkam, karya at-Thusiy, II:16; Kaamil az-Zayarat, karya
al-Qummiy, hal. 161; Wasaa’il asy-Syi’ah, karya al-Hurr al-‘Amiliy, X:348)
من أتى قبر الحسين عليه السّلام عارفًا
بحقّه كان كمن حجّ مائة حجّة مع رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Siapa yang ziarah ke makam Husen
As. dalam keadaan mengenal haqnya, dia bagaikan orang yang berhaji 100 kali
bersama Rasulullah saw.” (Lihat, Tsawab al-A’mal , karya Ibnu Babawaih, hal.
52; Wasaa’il asy-Syi’ah, karya al-Hurr al-‘Amiliy, X:350)
من زار الحسين عليه السلام يوم عاشوراء
حتى يظل عنده باكيًا لقي الله عز وجل يوم القيامة بثواب ألفي ألف حجة، وألفي ألف عمرة،
وألفي ألف غزوة...
“Barang siapa menziarahi Husen pada hari Asyura hingga terus-menerus
menangis di sisinya, niscaya ia bertemu dengan Allah pada hari kiamat dengan
membawa pahala haji 2 juta kali, pahala umrah 2 juta kali, pahala perang 2 juta
kali…”
(Lihat, Bihar al-Anwar, karya al-Majlisiy,
100:290; Kaamil az-Zayarat, karya al-Qummiy, hal. 176)
من أتى قبر الحسين عارفًا بحقّه في غير
يوم عيد كتب الله له عشرين حجّة وعشرين عمرة مبرورات مقبولات.. ومن أتاه في يوم عيد
كتب الله له مائة حجّة ومائة عمرة.. ومن أتاه يوم عرفة عارفًا بحقّه كتب الله له ألف
حجّة وألف عمرة مبرورات متقبّلات
“Siapa yang ziarah ke makam Husen
As. bukan pada hari ied—dalam keadaan mengenal haqnya—niscaya Allah mencatat baginya pahala 20 kali haji
dan 2o kali umrah yang mabrur lagi maqbul…dan siapa yang mendatanginya pada hari
ied, niscaya Allah mencatat baginya pahala 100 kali haji dan 100 kali umrah…
dan siapa yang mendatanginya pada hari Arafah—dalam keadaan mengenal haqnya—,
niscaya Allah mencatat baginya pahala 1000 kali haji dan 1000 kali umrah… yang
mabrur lagi maqbul …” (Lihat, Furu’ al-Kafiy, I:324; Tsawab al-A’mal,
karya Ibnu Babawaih, hal. 50; Man Laa Yahdhuruh al-Faqih, karya Ibnu Babawaih,
I:182;Tahdzib al-Ahkam, karya at-Thusiy, II:16; Kaamil az-Zayarat, karya
al-Qummiy, hal. 169; Wasaa’il asy-Syi’ah, karya al-Hurr al-‘Amiliy, X:359)
Ja’far ash-Shadiq berkata:
لو أنّي حدّثتكم بفضل زيارته وبفضل قبره
لتركتم الحجّ رأسًا وما حجّ منكم أحد، ويحك أما علمت أنّ الله اتّخذ كربلاء حرمًا آمنًا
مباركًا قبل أن يتّخذ مكّة حرمًا..
“Sekiranya saya menceritakan kepada
kalian tentang keutamaan menziarahinya dan keutamaan kuburannya niscaya kalian
meninggalkan haji dan tidak seorang pun di Antara kalian melaksanakan haji.
Adapun saya tahu bahwa Allah telah menjadikan Karbala sebagai tanah haram yang
aman lagi diberkati sebelum Dia menjadikan Mekah tanah haram.” (Lihat,
Bihar al-Anwar, karya al-Majlisiy,
101:33; Kaamil az-Zayarat, karya al-Qummiy, hal. 266)
Demikianlah perilaku gerombolan
Syiah Rafidhah, sekelompok orang yang membangun agama dan keyakinannya
berdasarkan kedustaan tokoh dan pemuka Syiah. Orang-orang yang beraqidah sesat.
(Al-Bida’ Al-Hailiyah, Hal. 56 – 57).
Semoga Allah menjauhkan dan
menyelamatkan kaum muslimin dari pengaruh buruk mereka. Dan kita wajib
berikhtiar untuk mengawal kaum muslimin dari hal itu dengan segenap jiwa raga.
Oleh Ust. Amin Saefullah Muchtar
Tidak ada komentar