Asyura: Antara Sunnah & Syiah (Bagian II)
Asyura Zaman Nabi Muhamad
Nabi Muhammad saw. hidup di Mekah
selama 12 tahun 5 bulan 13 hari, terhitung sejak masa bi’tsah (pengangkatan
Nabi & Rasul) tanggal 17 atau 25 Ramadhan tahun ke-41 dari kelahiran Nabi,
yang bertepatan dengan 6 atau 14 Agustus 610 M, hingga 1 Rabi’ul Awwal tahun
ke-54 dari tahun kelahirannya atau tahun 13 kenabian, yang bertepatan dengan 13
September 622 M.
Dari data di atas kita dapat
mengambil suatu kesimpulan bahwa selama hidup di Mekah sebagai Nabi &
Rasul, beliau telah “mengalami” Asyura sebanyak 11 kali. Selama periode Mekah
ini, beliau telah menyikapi Asyura dengan melaksanakan shaum.
Ų¹َŁ Ų¹َŲ§Ų¦ِŲ“َŲ©َ Ų±َŲ¶ِŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹َŁْŁَŲ§ ŁَŲ§ŁَŲŖْ
ŁَŲ§Łَ ŁَŁْŁ
ُ Ų¹َŲ§Ų“ُŁŲ±َŲ§Ų”َ ŲŖَŲµُŁŁ
ُŁُ ŁُŲ±َŁْŲ“ٌ ŁِŁ Ų§ŁْŲ¬َŲ§ŁِŁِŁَّŲ©ِ ŁَŁَŲ§Łَ Ų±َŲ³ُŁŁُ
Ų§ŁŁŁِ ŲµَŁَّŁ Ų§ŁŁَّŁ Ų¹َŁَŁْŁِ ŁَŲ³َŁَّŁ
َ ŁَŲµُŁŁ
ُŁُ
Dari Aisyah, ia berkata, “Hari
Asyura adalah waktunya shaum orang-orang Quraisy di zaman jahiliyah dan
Rasulullah Saw. pun menshauminya…” (H.R. Al-Bukhari, Shahih
Al-Bukhari, II:704, No. 1898).
Ų¹َŁِ Ų§ŲØْŁِ Ų¹ُŁ
َŲ±َ : Ų£َŁَّ Ų£َŁْŁَ Ų§ŁْŲ¬َŲ§ŁِŁِŁَّŲ©ِ
ŁَŲ§ŁُŁŲ§ ŁَŲµُŁŁ
ُŁŁَ ŁَŁْŁ
َ Ų¹َŲ§Ų“ُŁŲ±َŲ§Ų”َ ŁَŲ„ِŁَّ Ų±َŲ³ُŁŁَ Ų§ŁŁَّŁِ -ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
-
ŲµَŲ§Ł
َŁُ ، ŁَŲ§ŁْŁ
ُŲ³ْŁِŁ
ُŁŁَ ŁَŲØْŁَ Ų£َŁْ ŁُŁْŲ±َŲ¶َ Ų±َŁ
َŲ¶َŲ§Łُ
Dari Ibnu Umar (ia berkata),
“Sesungguhnya kaum jahiliyah melakukan shaum pada hari Asyura dan sesungguhnya
Rasulullah Saw. beserta kaum muslimin melaksanakan shaum itu sebelum
diwajibkannya shaum Ramadhan” (H.R. Al-Baihaqi, as-Sunan
al-Kubra, IV:289, No. 8195).
Setelah datang perintah berhijrah
kepada Nabi saw., maka beliau melaksanakan perintah itu dan ditemani oleh Abu
Bakar. Imam at-Thabari dan Ibnu Ishaq menyatakan, “Sebelum sampai di Madinah
(waktu itu bernama Yatsrib), Rasulullah saw. singgah di Quba pada hari Senin 12
Rabi’ul Awwal tahun 13 kenabian/24 September 622 M waktu Dhuha (sekitar jam 8.00 atau 9.00). Di
tempat ini, beliau tinggal di keluarga Amr bin Auf selama empat hari (hingga
hari Kamis 15 Rabi’ul Awwal/27 September 622 M. dan membangun mesjid pertama
(yang disebut mesjid Quba). Pada hari Jumat 16 Rabi’ul Awwal/28 September 622
M, beliau berangkat menuju Madinah. Di tengah perjalanan, ketika beliau berada
di Bathni wadin (lembah di sekitar Madinah) milik keluarga Banu Salim bin ‘Auf,
datang kewajiban Jumat (dengan turunnya ayat 9 surat al-Jum’ah). Maka Nabi
salat Jumat bersama mereka dan khutbah di tempat itu. Inilah salat Jumat yang
pertama di dalam sejarah Islam. Setelah melaksanakan salat Jumat, Nabi
melanjutkan perjalanan menuju Madinah”. (Lihat,Tarikh at-Thabari, I:571;
Sirah Ibnu Hisyam, juz III, hal. 22; Tafsir al-Qurthubi, juz XVIII, hal. 98).
Keterangan tersebut menunjukkan
bahwa Nabi tiba di Madinah pada hari Jumat 16 Rabi’ul Awwal/28 September 622 M.
Sedangkan ahli tarikh lainnya berpendapat hari Senin 12 Rabi’ul Awwal/5 Oktober
621 M, namun ada pula yang menyatakan hari Jumat 12 Rabi’ul Awwal/24 Maret 622
M.
Terlepas dari perbedaan tanggal dan
tahun, baik hijriah maupun masehi, namun para ahli tarikh semuanya bersepakat
bahwa hijrah Nabi terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal, bukan bulan Muharram (awal
Muharram ketika itu jatuh pada tanggal 15 Juli 622 M).
Memasuki bulan Muharram tahun ke-2
hijriah, Nabi saw. mendapati orang-orang Yahudi di Madinah melaksanakan shaum
pada hari Asyura, maka beliau bertanya kepada mereka mengenai hal itu, lantas
mereka menjawab, “Pada hari ini Allah Swt. pernah menyelamatkan Nabi Musa
dan Bani Israil atas (kejaran) Fir’aun, maka Musa menshauminya.” Rasulullah
Saw. menjawab, “Kamilah yang paling berhak dengan Musa.” Kemudian beliau
shaum dan memerintah para shahabat agar menshauminya. Demikian sebagaimana diriwayatkan
oleh Al-Bukhari (Lihat, Shahih al-Bukhari, II:704, No. 1900)
Perintah shaum Asyura pada masa awal
hijrah itu dipertegas oleh keterangan Abu Musa sebagai berikut:
Ų¹َŁْ Ų£َŲØِŁ Ł
ُŁŲ³َŁ - Ų±Ų¶Ł Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁ -
ŁَŲ§Łَ ŁَŲ§Łَ ŁَŁْŁ
ُ Ų¹َŲ§Ų“ُŁŲ±َŲ§Ų”َ ŁَŁْŁ
ًŲ§ ŲŖُŲ¹َŲøِّŁ
ُŁُ Ų§ŁْŁَŁُŁŲÆُ ŁَŲŖَŲŖَّŲ®ِŲ°ُŁُ Ų¹ِŁŲÆًŲ§
ŁَŁَŲ§Łَ Ų±َŲ³ُŁŁُ Ų§ŁŁَّŁِ -ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
- « ŲµُŁŁ
ُŁŁُ Ų£َŁْŲŖُŁ
ْ
».
Dari Abu Musa Ra., ia berkata, “Hari
Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan dijadikan sebagai hari
raya. Maka Rasulullah saw. bersabda, ‘Shaumlah kalian pada hari itu.” (H.R.
Muslim, Shahih Muslim, II:796, No. 1131)
Kemudian Aisyah menjelaskan:
ŁَŁَŁ
َّŲ§ ŁُŲ±ِŲ¶َ Ų±َŁ
َŲ¶َŲ§Łُ ŲŖَŲ±َŁَ ŁَŁْŁ
َ
Ų¹َŲ§Ų“ُŁŲ±َŲ§Ų”َ ŁَŁ
َŁْ Ų“َŲ§Ų”َ ŲµَŲ§Ł
َŁُ ŁَŁ
َŁْ Ų“َŲ§Ų”َ ŲŖَŲ±َŁَŁُ.
Ketika difardhukan shaum Ramadhan,
beliau meninggalkannya (tidak shaum). Beliau bersabda, “Barangsiapa yang hendak
shaum, maka shaumlah. Dan barangsiapa yang hendak berbuka, maka berbukalah.” (H.R.
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, III:1434, No. 3727).
Perkataan Aisyah di atas diperkuat
oleh keterangan Ibnu Umar sebagai berikut:
Ų£َŁَّ Ų±َŲ³ُŁŁَ Ų§ŁŁَّŁِ ŲµَŁَّŁ Ų§ŁŁَّŁُ
Ų¹َŁَŁْŁِ ŁَŲ³َŁَّŁ
َ ŁَŲ§Łَ ŁِŁ ŲµَŁْŁ
ِ ŁَŁْŁ
ِ Ų¹َŲ§Ų“ُŁŲ±َŲ§Ų”َ ŲØَŲ¹ْŲÆَŁ
َŲ§ ŁَŲ²َŁَ ŲµَŁْŁ
ُ Ų±َŁ
َŲ¶َŲ§Łَ
: Ł
َŁْ Ų“َŲ§Ų”َ ŲµَŲ§Ł
َŁُ ، ŁَŁ
َŁْ Ų“َŲ§Ų”َ Ų£َŁْŲ·َŲ±َŁُ.
“Sesungguhnya Rasulullah saw.
bersabda—tentang shaum Asyura setelah turun kewajiban shaum
Ramadhan—‘Barangsiapa yang hendak shaum (maka shaumlah). Dan barangsiapa yang
hendak berbuka (maka berbukalah).” (H.R. Ibnu Hiban, Shahih Ibnu
Hiban, VIII:387, No. 3622).
Dari berbagai keterangan di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa pada mulanya—ketika tahun pertama Nabi saw.
berada di Madinah—shaum ini hukumnya wajib. Namun setelah datang kewajiban
shaum bulan Ramadan pada tahun ke-2 hijrah, shaum ini beralih hukumnya menjadi
sunat, dan ketika itu pelaksanaannya hanya satu hari tanggal 10 muharram.
Memasuki masa akhir periode Madinah,
ketika para sahabat telah merasa kurang nyaman melakukan shaum Asyura yang sama
persis dilakukan oleh Yahudi dan Nasrani, Nabi saw. mencanangkan untuk
melakukan perbedaan. Ibnu Abas mengatakan:
ŁŁ
َŲ§َّ ŲµَŲ§Ł
َ Ų±َŲ³ُŁŁُ Ų§ŁŁŁِ ŲµَŁَّŁ Ų§ŁŁَّŁ
Ų¹َŁَŁْŁِ ŁَŲ³َŁَّŁ
َ ŁَŁْŁ
َ Ų¹َŲ§Ų“ُŁŲ±َŲ§Ų”َ Łَ
Ų£َŁ
َŲ±َ ŲØِŲµَŁَŲ§Ł
ِŁِ ŁَŲ§ŁُŁŲ§ : ŁَŲ§ Ų±َŲ³ُŁŁَ Ų§ŁŁŁِ Ų„ِŁَّŁُ ŁَŁْŁ
ٌ ŲŖُŲ¹َŲøِّŁ
ُŁُ Ų§ŁŁَŁُŁŲÆُ
ŁَŲ§ŁŁَّŲµَŲ§Ų±َŁ. ŁَŁَŲ§Łَ : ŁَŲ„ِŲ°َŲ§ ŁَŲ§Łَ Ų¹َŲ§Ł
ُ Ų§ŁْŁ
ُŁْŲØِŁِ Ų„ِŁْ Ų“َŲ§Ų”َ Ų§ŁŁŁُ ŲµُŁ
ْŁَŲ§
Ų§ŁŁَŁْŁ
َ Ų§ŁŲŖَّŲ§Ų³ِŲ¹َ . ŁَŲ§Łَ : ŁَŁَŁ
ْ ŁَŲ£ْŲŖِ Ų§ŁŲ¹َŲ§Ł
ُ Ų§ŁŁ
ُŁْŲØِŁُ ŲَŲŖَّŁ ŲŖُŁُŁِّŁَ
Ų±َŲ³ُŁŁُ Ų§ŁŁŁِ ŲµَŁَّŁ Ų§ŁŁَّŁ Ų¹َŁَŁْŁِ ŁَŲ³َŁَّŁ
َ
"Ketika Rasulullah saw.
melakukan Shaum Asyura dan beliau memerintah (para sahabat) untuk melakukannya.
Mereka berkata, ’Wahai Rasulullah, sesungguhnya itu merupakan hari yang
diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani’ Beliau menjawab, ’Nanti tahun depan (12 H)
insya Allah kita akan melaksanakan shaum tanggal sembilannya’ Ia berkata,
‘Tetapi tahun depan itu belum datang Rasulullah saw. telah berpulang
keharibaan-Nya (tahun 11 H).” (HR. Muslim, Shahih Muslim,
II:797, No. 1134; Abu Dawud, Sunan Abu
Dawud, II:327, No. 2445)
Di dalam riwayat lain, Ibnu Abas
mengatakan dengan redaksi :
ŁŲ§َŁَ Ų±َŲ³ُŁŁُ Ų§ŁŁŁِ ŲµَŁَّŁ Ų§ŁŁَّŁ Ų¹َŁَŁْŁِ ŁَŲ³َŁَّŁ
َ ŁَŲ¦ِŁْ ŲØَŁَŁْŲŖُ Ų„ِŁَŁ ŁَŲ§ŲØِŁٍ ŁŲ£َŲµُŁŁ
َŁَّ Ų§ŁŲŖَّŲ§Ų³ِŲ¹َ
ŁَŲ¹ْŁِŁ ŁَŁْŁ
َ Ų¹َŲ§Ų“ُŁŲ±َŲ§Ų”َ
Rasulullah saw, telah bersabda,
”Jika aku masih hidup sampai tahun depan (12 H), niscaya aku akan shaum tanggal
sembilannya yaitu hari Asyura” (HR. Ahmad, Musnad Ahmad, I:224,
No. 344; Muslim, Shahih Muslim, II:798, No. 1135)
Rasululah saw. sendiri tidak
berkesempatan melaksanakan shaum tanggal sembilan Muharam di tahun itu (12 H),
tetapi rencana beliau untuk melaksanakannya membuktikan bahwa shaum di tanggal
itu telah disyariatkan.
Dari keterangan tersebut jelaslah
bahwa pada mulanya saum sunat muharram hanya dilaksanakan satu hari tanggal 10
muharram yang disebut Asyura. Namun untuk membedai kebiasaan Jahiliyah, Yahudi
atau Nasrani Rasulullah saw. memerintahkan agar kita melakukan shaum sehari
sebelumnya yaitu tanggal sembilan Muharam yang disebut Tasu’a. Sehingga
pelaksanaan saum sunat muharram disyariatkan dua hari tanggal sembilan dan
sepuluh bulan Muharam yang disebut saum Tasu’a-Asyura.
Demikianlah bentuk penghormatan dan
cara menyikapi hari Asyura sesuai Sunnah Rasulullah saw.
Mudah-mudahan apa yang dikemukakan
ini menjadikan motivasi untuk melaksanakan sunnah Nabi Saw., sehingga dapat
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang semestinya.
Catatan:
Pada tahun ini (1435 H), 9-10
Muharram tahun ini jatuh pada hari Rabu-Kamis, bertepatan dengan tanggal 13-14
Nopember 2013 M.
Oleh Ust. Amin Saefullah Muchtar
Tidak ada komentar