Header Ads

  • NEWS UPDATE

    Urunan Kurban Tergantung Harga Domba? (Bagian II-Tamat)

    Abu Thayyib Muhammad Syams Al-Haq berkata:
    وَقَدْ اُخْتُلِفَ فِي الْبَدَنَة أَيْ الْإِبِل ، فَقَالَتْ الشَّافِعِيَّة وَالْحَنَفِيَّة وَالْجُمْهُور إِنَّهَا تُجْزِئ عَنْ سَبْعَة، وَقَالَ إِسْحَاق بْن رَاهْوَيْهِ وَابْن خُزَيْمَةَ إِنَّهَا تُجْزِئ عَنْ عَشَرَة ، وَهَذَا أَيْ إِجْزَاء الْإِبِل عَنْ عَشَرَةٍ هُوَ الْحَقُّ فِي الْأُضْحِيَّة لِحَدِيثِ اِبْن عَبَّاس كُنَّا مَعَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحَضَرَ الْأَضْحَى فَاشْتَرَكْنَا فِي الْبَقَرَة سَبْعَةً وَفِي الْبَعِيْرِ عَشَرَةً رَوَاهُ أَصْحَابُ السُّنَنِ . وَعَدَم إِجْزَاءِ الْإِبِلِ عَنْ عَشَرَةٍ هُوَ الْحَقُّ فِي الْهَدْي  وَأَمَّا الْبَقَرَةُ فَتُجْزِئ عَنْ سَبْعَةٍ فَقَطْ اِتِّفَاقًا فِي الْهَدْي وَالْأُضْحِيَّةِ اِنْتَهَى
    “Dan diperselisihkan tentang al-badanah, yaitu unta. Ulama madzhab Syaf’I, Hanafi, dan ulama jumhur bahwa unta itu memadai dari 7 orang. Ishaq bin Rahawaih dan Ibnu Khuzaimah berkata, ‘unta itu memadai dari 10 orang.’ Dan pendapat ini, yaitu unta memadai dari 10 orang adalah benar dalam kurban berdasarkan hadis Ibnu Abbas, ‘Kami bersama Rasululah saw. (dalam perjalanan), maka tiba waktu iedul Adha, lalu kami patungan untuk seekor sapi tujuh orang dan seekor unta untuk sepuluh orang," riwayat para pemilik kitab as-Sunan. Dan pendapat unta tidak memadai dari 10 orang adalah benar dalam hadyu. Adapun sapi memadai dari 7 orang saja disepakati dalam hadyu dan kurba. Selesai.” (Lihat, ‘Awn al-Ma’bud Syarh Sunan Abu Dawud, XII:373)

    Muhammad bin Ali Asy-Syawkani berkata:
    وأما كون البدنة عن سبعة كالبقرة فلحديث جابر في الصحيحين وغيرهما قال: أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نشترك في الإبل والبقر كل سبعة منا في بدنه" وفي لفظ لمسلم رحمه الله "فقيل لجابر أيشترك في البقرة ما يشترك في الجزور فقال: ماهي إلا من البدن" وأخرج أحمد وابن ماجه عن ابن عباس أن النبي صلى الله عليه وسلم أتاه رجل فقال: أنا على بدنة وأنا موسر ولا أجدها فأشتريها فأمره النبي صلى الله عليه وسلم أن يبتاع سبع شياه فيذبحهن" ورجاله رجال الصحيح ولا يعارض هذا الحديث حديث ابن عباس عند أحمد والنسائي وابن ماجه والترمذي وحسنه قال: كنا في سفرة فحضر الأضحى فذبحنا البقرة عن سبعة والبعير عن عشرة" وكذلك لا يعارضه ما في الصحيحين من حديث أبي رافع بن خديج أنه صلى الله عليه وسلم قسم فعدل عشرا من الغنم ببعير" لأن تعديل البدنة بسبع شياه هو في الهدي وتعديلها بعشر هو في الأضحية والقسمة
    “Adapun unta memadai untuk 7 orang seperti halnya sapi berdasarkan hadis Jabir dalam Shahih al-Bukhari-Muslim dan lain-lain, ia berkata: ‘Rasulullah saw. memerintahkan kami agar berserikat dalam unta atau sapi. Setiap tujuh orang dari kami berserikat dalam seekor Badanah (unta atau sapi yang gemuk).’ Dalam redaksi Muslim: ‘Maka ditanyakan kepada Jabir, apakah bisa berserikat pada sapi sebagaimana pada unta?’ Ia menjawab, ‘Tidaklah sapi itu melainkan termasuk badanah.’ Ahmad dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abas bahwa Nabi saw. didatangi oleh seorang laki-laki seraya berkata, ‘Aku berkewajiban untuk menyembelih seekor unta dan aku mampu untuk membelinya, namun aku tidak bisa mendapatkannya?" Nabi saw. lalu memerintahkannya untuk membeli tujuh ekor kambing dan menyembelihnya.’ Para rawi hadis itu shahih dan hadis ini tidak bertentangan dengan dengan hadis Ibnu Abas riwayat Ahmad, an-Nasai, Ibnu Majah, dan at-Tirmidzi, dan ia menilainya hasan, ia berkata, ‘ Kami (bersama Nabi saw.) dalam sebuah perjalanan, maka tibalah waktu berkurban, maka kami berserikat tujuh orang pada seekor sapi dan pada seekor unta sepuluh orang.’ Begitu pula tidak bertentangan dengan hadis Avu Rafi’ bin Khadij dalam Shahih al-Bukhari-Muslim, bahwa Nabi saw. membagi rata di mana bagian setiap sepuluh kambing sama dengan satu ekor unta, karena pembagian satu ekor unta sebanding dengan tujuh kambing itu pada ‘kasus’ al-hadyu, sedangkan pembagian satu ekor unta sebanding dengan sepuluh kambing itu pada ‘kasus’ al-udhiyyah (qurban) dan ghanimah (harta rampasan perang).” (Lihat, ad-Durariy al-Mudhiyyah Syarh ad-Durar al-Bahiyyah, II:199-200)

    Ibnu Hajar berkata:
    وَاتَّفَقَ مَنْ قَالَ بِالِاشْتِرَاكِ عَلَى أَنَّهُ لَا يَكُونُ فِي أَكْثَر مِنْ سَبْعَة إِلَّا إِحْدَى الرِّوَايَتَيْنِ عَنْ سَعِيد بْن الْمُسَيِّبِ فَقَالَ : تُجْزِئُ عَنْ عَشَرَةٍ وَبِهِ قَالَ إِسْحَاق بْن رَاهْوَيْهِ وَابْن خُزَيْمَة مِنْ الشَّافِعِيَّةِ وَاحْتَجَّ لِذَلِكَ فِي صَحِيحِهِ وَقَوَّاهُ وَاحْتَجَّ لَهُ اِبْن خُزَيْمَة بِحَدِيثِ رَافِع بْن خَدِيج أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسَمَ فَعَدَلَ عَشْرًا مِنْ الْغَنَمِ بِبَعِير الْحَدِيث وَهُوَ فِي الصَّحِيحَيْنِ وَأَجْمَعُوا عَلَى أَنَّ الشَّاةَ لَا يَصِحُّ الِاشْتِرَاك فِيهَا
    “Orang yang berpendapat dibolehkan urunan unta bersepakat bahwa urunan unta itu tidak melebihi dari tujuh orang kecuali salah satu riwayat dari Sa’id bin al-Musayyib, ia berkata, ‘Unta memadai dari sepuluh orang.’ Pendapat ini dikemukakan pula oleh Ishaq bin Rahawaih dan Ibnu Khuzaimah dari madzhab Syafi’I, dan ia berhujjah untuk itu dalam kitabShahih-nya dan ia mengukuhkannya. Ibnu Khuzaimah berhujah dengan hadis Rafi’ bin Khadij bahwa Nabi saw. membagi rata di mana bagian setiap sepuluh kambing sama dengan satu ekor unta. Hadis itu diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari-Muslim, dan mereka bersepakat bahwa tidak sah urunan pada seekor kambing.” (Lihat, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, III:535)

    Memperhatikan penjelasan para ulama di atas tampak jelas bahwa perubahan jumlah urunan pada unta untuk sepuluh orang, hemat kami, juga merupakan taqdiir Syar’I, yaitu ukuran yang ditetapkan secara syariat, karena pada bayan fi’li itu pun Nabi saw. sama sekali tidak menyinggung qiimah (harga), baik harga unta, sapi maupun domba. Apalagi menetapkan harga domba sebagai standar harga pembagi terhadap jumlah urunan sapi atau unta.
    Berdasarkan analisa bayaan qawli  & Fi’li—sebagaimana telah disebutkan di awal—dapat diambil kesimpulan bahwa penetapan urunan 1 sapi = 7 orang dan unta = 7 atau 10 orang merupakan urusan ta’abbudi (ibadah), sementara penetapan harga saham 1/7 atau setiap orang “peserta kurban” bukan urusan ta’abbudi, melainkan urusan keduniaan yangta’aqquli (rasional) sesuai harga pasaran sapi atau unta.

    Adakah Pendekatan Lain?
    Maksudnya penetapan kebolehan urunan sapi lebih dari 7 orang menggunakan perspektif lughah (bahasa), dalam hal ini kata al-Badanah.

    Pengertian Badanah
    Al-Badanah menurut bahasa digunakan secara khusus untuk al-ibil (unta), baik jantan maupun betina. Bentuk jamaknya al-budn. Unta disebut badanah karena gemuk tubuhnya. Secara istilah, makna al-Badanah mengalami perkembangan. Pada awalnya, mengikuti makna bahasa, yaitu  khusus al-ibil. Namun karena dalam syariat qurban urunan sapi disamakan  dengan unta dilihat dari aspek hukum kebolehannya, maka sapi dikategorikan badanah. (Lihat, Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Sunan at-Tirmidzi, VI:110)

    Dengan demikian, kategorisasi sapi sebagai al-badanah bukan dari aspek kesamaan jenis binatang, namun dari aspek kesamaan hukum. Dalam konteks inilah pemahaman hadis Jabir di bawah ini
    اشْتَرَكْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ كُلُّ سَبْعَةٍ فِي بَدَنَةٍ فَقَالَ رَجُلٌ لِجَابِرٍ أَيُشْتَرَكُ فِي الْبَدَنَةِ مَا يُشْتَرَكُ فِي الْجَزُورِ قَالَ مَا هِيَ إِلَّا مِنْ الْبُدْنِ 
    "Kami bersekutu bersama Nabi saw. di dalam haji dan umrah, yakni tujuh orang berkurban seekor Unta atau seekor Sapi." Kemudian seorang laki-laki bertanya kepada Jabir, "Bolehkah bersekutu dalam kambing sebagaimana bolehnya bersekutu dalam Badanah (Unta atau sapi)?" Jabir menjawab, "Tidaklah kami bersekutu, kecuali dalam Badanah (unta atau sapi)." 

    Karena itu, menurut sebagian ahli fiqih, bila disebut secara ijmal (global) kata al-badanah mencakup unta dan sapi, namun bila disebut secara tafshil (terpisah/terinci) hanya bermakna unta, tidak meliputi sapi. Pendapat ini mengacu kepada penggunaan kata itu dalam hadis-hadis sebagai berikut:

    A.   Penyebutan Secara Ijmal
     عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ اشْتَرَكْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ كُلُّ سَبْعَةٍ فِي بَدَنَةٍ فَقَالَ رَجُلٌ لِجَابِرٍ أَيُشْتَرَكُ فِي الْبَدَنَةِ مَا يُشْتَرَكُ فِي الْجَزُورِ قَالَ مَا هِيَ إِلَّا مِنْ الْبُدْنِ 
    Dari Ibnu Juraij telah mengabarkan kepadaku Abu Zubair bahwa ia mendengar Jabir bin Abdullah berkata, "Kami bersekutu bersama Nabi saw. di dalam haji dan umrah, yakni tujuh orang berkurban seekor Unta atau seekor Sapi." Kemudian seorang laki-laki bertanya kepada Jabir, "Bolehkah bersekutu dalam kambing sebagaimana bolehnya bersekutu dalam Badanah (Unta atau sapi)?" Jabir menjawab, "Tidaklah kami bersekutu, kecuali dalam Badanah (unta atau sapi)." (HR. Muslim, Shahih Muslim, II:955, No. hadis 1318; Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah, IV:287, No. 2.900; al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, IX:295, No. 19.018).

    B.   Penyebutan Secara Tafshil (Terinci)
     عَنْ جَابِرٍ قَالَ نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَّةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ، وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ
    Dari Jabir, ia berkata, "Pada tahun Hudaibiyyah kami pernah menyembelih bersama Rasulullah saw. seekor unta dari tujuh orang dan seekor sapi dari tujuh orang.” (HR. Malik,Al-Muwatha, II:486, No. hadis 9, Asy-Syafi’I, Musnad Asy-Syafi’I, I:217, I:367, Muslim, Shahih Muslim, II:955, No. hadis 1318, Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, III: 239-240, No. hadis 8209, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, IV:89, No. hadis 1502, An-Nasai, As-Sunan Al-Kubra, II:451, No. hadis 4122, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, II:1047, No. hadis 3132, Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra, V:215, No. hadis 9858, IX:294, No. hadis 19.016, Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban,  IX:317, No. hadis 4006), dengan sedikit perbedaan redaksi antara kalimat ‘aam al-Hudaibiyyah dan bi al-Hudaibiyyah.

    Pada hadis ini, kata al-Badanah disebut terpisah dengan kata al-Baqarah (sapi). Dengan demikian, kata al-Badanah pada hadis ini hanya bermakna unta, tidak meliputi sapi.
    Adapun hadis dengan redaksi:
    نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْحُدَيْبِيَةِ سَبْعِينَ بَدَنَةً الْبَدَنَةُ عَنْ سَبْعَةٍ
    Pada tahun Hudaibiyyah kami pernah menyembelih bersama Rasulullah saw. 70 ekor badanah,  dan seekor badanah dari tujuh orang.” (HR. Ahmad, Musnad Ahmad, III:364, No. hadis 14.966)

    Tidak dapat dimaknai ijmal, meliputi unta dan sapi, karena pada riwayat Ath-Thabrani telah dijelaskan oleh Jabir sendiri dengan redaksi:
    نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ، قُلْنَا لِجَابِرٍ وَالْبَقَرَةُ قَالَ هِيَ مِثْلُهَا
    "Kami pernah menyembelih bersama Rasulullah saw. Seekor badanah dari tujuh orang.” Kami (Amr bin Dinar dan Abu Zubair) bertanya kepada Jabir, “Bagaimana dengan sapi?” Ia menjawab, “Sapi seperti itu pula.” (HR. Ath-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Awsath, VIII:312, No. Hadis 8734)

    Penjelasan Jabir di atas menunjukkan bahwa albadanah dalam riwayat Ahmad di atas bermakna unta. Dengan perkataan lain, para sahabat dan Nabi saw. Berkurban 70 ekor unta, dan seekor unta mencukupi tujuh orang kurbani. Dengan demikian, karena Nabi saw.  sebagaimana disampaikan para sahabat— sudah menetapkan tafshil (rincian), baik jenis hewan maupun jumlah orangnya, maka pendekatan bahasa (kata al-badanah) tidak dapat dijadikan hujjah kebolehan urunan sapi itu lebih dari 7 orang.



    Oleh Ust. Amin Saefullah Muchtar

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad

    trikblog.co.cc