Sebagaimana
yang kita yakini bahwa bulan Ramadhan memiliki sekian banyak keistimewaan,
salah satu di antaranya terdapat lailatul qadar, suatu malam yang dinilai oleh
Al-Quran dan Sunah sebagai “malam yang lebih baik dari seribu bulan”. Nabi saw.
bersabda:
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ
عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ
أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ
أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا قَدْ حُرِمَ
Dari Abu
Hurairah, dia berkata, “Ketika datang bulan Ramadhan Rasulullah saw. bersabda,
‘Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, padanya
Allah mewajibkan kalian shaum, padanya pintu-pintu surga dibuka lebar dan
pintu-pintu neraka ditutup rapat, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan
Ramadhan ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, dan barangsiapa
tidak mendapati malam itu maka ia telah kehilangan pahala seribu bulan." HR.
Ahmad, Musnad Ahmad, II:425, No. 9493; Ibnu Abu Syaibah, al-Mushannaf, II:270,
No. 8867; Abd bin Humaid, Musnad Abd bin Humaid, I:418, No. 1429; Ishaq bin
Rahawaih, Musnad Ishaq bin Rahawaih, I:73, No. 1
Ada apa
dengan malam itu sehingga dinilai demikian tinggi oleh Al-Quran dan Sunah?
Sebelum menelaah lebih jauh tentang "ketinggian nilai" itu, ada
baiknya apabila kita kaji terlebih dahulu kriteria dari malam tersebut.
Pengertian
Lailatul Qadar
Secara
bahasa Lailatul Qadar berarti “Malam Yang Agung”, malam yang besar nilainya.
Sedangkan secara istilah Lailatul Qadar menunjukkan dua pengertian: Pertama,
Lailatul Qadar pada waktu turunnya al-Quran
secara sekaligus. Kedua, Lailatul Qadar yang dijanjikan akan
terjadi setiap bulan Ramadan.
Makna
Pertama: Lailatul Qadar Ketika Turunnya Al-Quran Sekaligus
Pengertian
ini merujuk kepada Firman Allah swt. sebagai berikut :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ وَمَا أَدْرَا كَ مَا
لَـيْلَةُ القَدْرِ لَـيْلَةُ القَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْـفِ شَـهْرٍ تَنَـزَّلُ
المَلآئِكَةُ وَالرُّوحُ فِـيهَا بِـإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلاَمٌ
هِيَ حَـتَّى مَطْلَـعِ اْلـفَجْرِ
“Sesungguhnya
kami telah menurunkan dia (Al-Quran) pada malam kemuliaan Dan apakah engkau
sudah mengetahui apa malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu, lebih utama
daripada seribu bulan. Turun malaikat dan ruh padanya dengan izin Tuhan mereka
(dengan membawa pokok-pokok) dari setiap perintah (hukum-hukum yang perlu bagi
dunia dan akhirat). Sejahteralah ia sampai terbit fajar.” QS.
Al-Qadar : 1-5
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ
وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَاْلفُرْقَانِ
“Bulan
Ramadan yang diturunkan padanya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia,
keterangan-keterangan petunjuk itu, dan pemisah antara yang haq dan yang
batal.”
QS. Al-Baqarah : 185
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya (Al-Quran) pada malam yang diberkahi.” QS.Ad-Dukhan:
3
Ketiga
ayat ini menunjukkan bahwa Lailatul Qadar adalah satu malam di bulan Ramadhan,
sebagai waktu diturunkan Al-Quran secara menyeluruh dari Lawhul Mahfuzh ke Bait
al-‘Izzah di langit dunia. Malam itu disifati dengan Lailah Mubaarakah
(malam yang diberkahi).
Sehubungan
dengan itu sahabat Rasul bernama Abdullah bin Abbas menyatakan:
أُنْزِلَ الْقُرْآن جُمْلَةً وَاحِدَةً إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فِي
لَيْلَةِ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْزِلَ بَعْد ذَلِكَ فِي عِشْرِينَ سَنَةً قَالَ :
{وَلاَ يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلاَّ جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا}
وَقَرَأَ ( وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ
وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلاً )
“Al-Quran
diturunkan sekaligus ke langit dunia pada Lailatul Qadar, kemudian setelah itu
diturunkan (kepada Rasul) pada masa 20 tahun. Allah berfirman: ‘Tidaklah
orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan
Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.’
(QS. Al-Furqan: 33) Dan ia membaca ayat wa qurananfaraqnahu… (QS. Al-Isra:106)” (H.r. An-Nasai, As-Sunan
Al-Kubra, VI:421, No. hadis 11.372)
Dalam
riwayat lain dengan redaksi:
أُنْزِلَ الْقُرْآنُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ جُمْلَةً وَاحِدَةً إِلَى
سَمَاءِ الدُّنْيَا، وَكَانَ بِمَوْقِعِ النُّجُومِ وَكَانَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
يُنْزِلُهُ عَلَى رَسُولِهِ -صلى الله عليه وسلم- بَعْضَهُ فِى إِثْرِ
بَعْضٍ.فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَقَالُوا (لَوْلاَ نُزِّلَ عَلَيْهِ
الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ
وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلاَ)
“Al-Quran
diturunkan pada Lailatul Qadar sekaligus ke langit dunia, dan itu sesuai dengan
masa turunnya bagian-bagian bintang, dan Allah ‘Azza wajalla menurunkannya
kepada Rasul-Nya sebagian demi sebagian. Maka Allah ‘Azza wajalla berfirman,
“Dan mereka mengatakan, ‘Lawlaa nuzzila ‘alaihil Quraanu… (QS.
Al-Furqan:32)” (H.r. Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra, IV: 306, No. hadis 8304;
Al-Hakim, Al-Mustadrak ‘Alas Shahihain, II:578, No. hadis 3958)
Dalam
riwayat lain dijelaskan:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما أَنَّهُ سَأَلَهُ عَطِيَّةُ بْنُ
الاَسْوَدِ قَالَ: أَوَقَعَ فِي قَلْبِي الشَّكُ قَوْلُهُ تَعَالَى - شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآنُ- وَقَوْلُهُ : إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ
فِيْ لَيْلَةِ القَدْرِ وَهذَا أُنْزِلَ فِي شَوَّالٍ وَذِي القَعْدَةِ وَذِي
الحِجَّةِ وَفِي المُحَرَّمِ وَالصَّفَرِ وَشَهْرِ رَبِيْعٍ، فَقَالَ ابْنُ
عَبَّاسٍ: إِنَّهُ أُنْزِلَ فِي رَمَضَانَ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ جُمْلَةً
وَاحِدَةً ثُمَّ أُنْزِلَ عَلَى مَوَاقِعِ النُّجُومِ رَسَلاً فِي الشُّهُورِ
وَالأَيَّامِ.
Dari
Ibnu Abas Ra., bahwa ia pernah ditanya oleh Athiyah bin Al-Aswad, ia berkata,
”Aku ragu-ragu tentang firman Allah ta’ala, ‘Syahru Ramadhaanalladzii unzila
fihil Quraanu’ dan Firman-Nya, ‘Innaa anzaalnahu fii lailatil qadri.’ Apakah
turunnya itu pada bulan Syawal, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharam, Shafar, dan
Ar-rabi’?” Ibnu Abbas menjawab, ”Bahwa Al-Quran itu diturunkan pada bulan
Ramadhan pada malam Lailah Al-Qadar secara sekaligus, kemudian diturunkan lagi
berdasarkan masa turunnya bagian-bagian bintang secara berangsur pada beberapa
bulan dan hari.” (HR. Al-Baihaqi, Al-Asmaa was Shifaat, II:35,
No. hadis 487)
Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan, bahwa Lailatul Qadar dalam pengertian
pertama menunjukkan waktu diturunkan Al-Quran secara sekaligus dari lawhul
mahfuzh ke Bait al-‘Izzah di langit dunia. Dan Lailatul Qadar dalam pengertian
ini tidak akan terjadi lagi, karena Al-Quran telah selesai diturunkan.
Sifat
& Keutamaan Lailatul Qadar
Pada
surat ini (QS. Al-Qadar : 1-5) kata Lailatul Qadar disebut sebanyak tiga kali.
Pengulangan itu untuk menunjukkan pengagungan dan agar lebih mendapat
perhatian. Sedangkan malam itu diberi nama Lailatul Qadar karena kemuliaannya
atau karena pada malam itu ditetapkan berbagi urusan, sebagaimana firman Allah:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا
مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya (Al-Quran) pada malam yang diberkahi dan sesungguhnya
Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang
penuh hikmah”
QS. Ad-Dukhan: 3-4
Yang
dimaksud dengan urusan-urusan di sini ialah segala perkara yang berhubungan
dengan kehidupan makhluk seperti hidup, mati, rezeki, nasib baik, nasib buruk
dan sebagainya.
Adapun
malam itu disifati dengan “malam yang diberkahi” (QS. Ad-Dukhan: 3), karena pada malam itu diturunkan
berbagai berkah (kebaikan yang banyak) serta manfaat agama dan dunia. (lihat,
At-Tafsir al-Munir, XXX: 332;
Tafsir al-Bahr al-Madid, VII: 60)
Pada
ayat itu pula dinyatakan keutamaan malam tersebut sebagai berikut:
لَـيْلَةُ القَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْـفِ شَـهْرٍ
“Malam
kemuliaan itu lebih utama daripada seribu bulan.” (QS.
Al-Qadar : 3)
Tentang
firman Allah Swt.:
لَـيْلَةُ القَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْـفِ شَـهْرٍ
Mujahid
berkata:
عَمَلُهَا وَصِيَامُهَا وَقِيَامُهَا خَيْرٌ مِنْ أَلْـفِ شَـهْرٍ
“Beramal,
shaum, dan shalat pada malam itu lebih baik daripada seribu bulan.” HR.
At-Thabari,Tafsir Ibnu Katsir, IV:649
Dalam
riwayat lain Mujahid berkata:
لَـيْلَةُ القَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْـفِ شَـهْرٍ لَيْسَ فِي تِلْكَ
الشُّهُورِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ
“Lailatul
Qadar lebih baik daripada seribu bulan yang di dalamnya tidak terdapat Lailatul
Qadar.”
HR. Ibnu Abu Hatim, Tafsir Ibnu Katsir, IV:649
Keterangan
di atas menunjukkan pengertian bahwa beramal pada satu malam itu lebih baik
daripada beramal pada seribu bulan yang di dalamnya tidak terdapat Lailatul
Qadar.
Pengertian
ini sesuai dengan penjelasan Nabi saw.:
فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا قَدْ
حُرِمَ
“Pada
bulan Ramadhan ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, dan
barangsiapa tidak mendapati malam itu maka ia telah kehilangan pahala seribu
bulan."
HR. Ahmad, Musnad Ahmad, II:425, No. 9493.
Kata
at-Tibrizi, “Sabda Nabi:
مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا قَدْ حُرِمَ
“Barangsiapa
tidak mendapati malam itu maka ia telah kehilangan pahala seribu bulan”
والمراد حرمان الثواب الكامل أو الغفران الشامل الذي يفوز به القائم
في أحياء ليلها.
Maksudnya,
kehilangan pahala yang sempurna atau ampunan yang lengkap, sebagai penyebab
keberuntungan orang yang menghidupkan malam itu.” (Lihat,
Misykat al-Mashabih, VI:822)
Lanjut Baca:
Oleh Ust.
Amin Saefullah Muchtar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar