Header Ads

  • NEWS UPDATE

    Hadis-Hadis Dha’if di Seputar Ramadhan (Bagian III)


    Berdasarkan unsur-unsur kaidah kesahihan-kedaifan hadis—sebagaimana telah disebutkan sebelumnya—kita akan menganalisa beberapa contoh hadis yang berhubungan dengan bulan Ramadhan dan shaum di bulan itu, sebagai berikut:

    A. Doa khusus menyambut Ramadhan

    Hadis yang berkaitan dengan doa tersebut terbagi menjadi dua macam:

    Pertama, dirangkaikan dengan bulan Rajab dan Sya’ban. Adapun redaksi hadisnya sebagai berikut:

    عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ وَكَانَ يَقُولُ لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ غَرَّاءُ وَيَوْمُهَا أَزْهَرُ
    Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Nabi saw. apabila masuk bulan Rajab, beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan berkahilah kami pada bulan Ramadhan.’ Dan beliau berkata, ‘Malam Jumat itu indah dan siang harinya bercahaya’.” HR. Abdullah bin Ahmad, Musnad Ahmad, IV:180, No. hadis 2346. 

    Dalam riwayat lain dengan redaksi:

    إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
    “Apabila masuk bulan Rajab, beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan’.” HR. Al-Bazzar, Musnad Al-Bazzar, II:290, No. 6494, Ath-Thabrani,al-Mu’jam al-Awsath, IV:189, No. 3939, Ad-Du’a:284, No. 911, Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman, III:375, No. 3815,Ad-Da’wat al-Kabir, II:142, No. 529, Ibnu Asakir, Mu’jam asy-Syuyukh:161, No. 309, Al-Mundziri, At-Targhib wa at-Tarhib, II:393, No. 1852, Abdul Ghani al-Maqdisi, Akhbar ash-Shalah:69, No. 127, Al-Khalal, Fi Fadha’il Syahr Rajab:45, No. 1, Abu Nu’aim, Hilyah al-Awliya, VI:269

    Kedudukan Hadis

    Meski diriwayatkan oleh banyak mukharrij (pencatat dan periwayat hadis), namun semua jalur periwayatan hadis itu melalui seorang rawi bernama Za’idah bin Abu ar-Ruqad. Ia menerima dari rawi Ziyad bin Abdullah an-Numairi. Dengan demikian, hadis di atas dikategorikan sebagai hadis gharib mutlaq (benar-benar tunggal).

    Hadis di atas dhaif karena dua sebab:
    Pertama, rawi Za’idah bin Abu ar-Ruqad
    Rawi tersebut telah di-jarh (dikritik) oleh para ahli hadis, antara lain:
    §  Imam al-Bukhari berkata, “Dia munkar al-Hadits” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, IX:272). Imam al-Bukhari berkata:
    كُلُّ مَنْ قُلْتُ فِيْهِ مُنْكَرُ الْحَدِيْثِ لاَ تَحِلُّ الرِّوَايَةُ عَنْهُ
    “Setiap orang yang aku katakan padanya, ‘munkar al-Hadits’ tidak halal meriwayatkan hadis darinya” (Lihat, Ar-Raf’ wa at-Takmil fi al-Jarh wa at-Ta’dil: 208).
    §  Abu Dawud berkata, “Saya tidak mengenal khabarnya” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, IX:272).
    §  An-Nasai berkata, “Saya tidak tahu siapa dia” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, IX:272).
    §  Adz-Dzahabi berkata, “Dia dha’if.” (Lihat, Mizan al-I’tidal, II:65).

    Kedua, rawi Ziyad bin Abdullah an-Numairi
    Rawi tersebut telah di-jarh (dikritik) oleh para ahli hadis, antara lain:
    §  Ibnu Ma’in berkata, “Pada hadisnya terdapat kedhaifan” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, IX:493).
    §  Abu Hatim berkata, “Hadisnya dicatat dan tidak dapat digunakan hujjah” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, IX:493).
    §  Abu Ubaid al-Ajiri berkata, “Saya bertanya kepada Abu Dawud tentangnya (Ziyad), maka ia mendhaifkannya.” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, IX:493).
    §  Ibnu Hiban berkata, “Dia keliru.” (Lihat, Tahdzib al-Kamal, IX:493).
    §  Kata Ibnu Hajar, “Ibnu Hiban menyebutkannya pula dalam kitab ad-Dhu’afa, dan ia berkata, “Dia (Ziyad) munkar al-Hadits, meriwayatkan dari Anas sesuatu yang tidak menyerupai hadis para rawi tsiqat. Dia ditinggalkan oleh Ibnu Ma’in.” (Lihat, Tahdzib at-Tahdzib, III:378)

    Penilaian Para ulama Terhadap Hadis di atas:

    Al-Baihaqi berkata:
    تفرد به زياد النميري وعنه زائدة بن أبي الرقاد قال البخاري : زائدة بن أبي الرقاد عن زياد النميري منكر الحديث
    “Ziyad an-Numairi menyendiri dengan hadis itu, dan darinya diterima oleh Za’idah bin Abu ar-Ruqad. Al-Bukhari berkata, ‘Za’idah bin Abu ar-Ruqad dari Ziyad an-Numairi, munkar al-Hadits’.” (Lihat, Syu’ab al-Iman, III:375)

    An-Nawawi berkata:
    وروينا في حلية الأولياء بإسناد فيه ضعف
    “Dan kami meriwayatkan dalam kitab Hilyah al-Awliya dengan sanad yang padanya terdapat kedaifan.” (Lihat,Al-Adzkar:274)

    Al-Haitsami berkata:
    رواه البزار وفيه زائدة بن أبي الرقاد قال البخاري منكر الحديث وجهله جماعة
    “Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan padanya terdapat rawi Za’idah bin Abu ar-Ruqad. Al-Bukhari berkata, ‘Dia munkar al-Hadits’ dan dinilai majhul (tidak dikenal) oleh sekelompok ulama.” (Lihat, Majma’ az-Zawa’id, II:165)

    Al-Munawi berkata:
    وقال البخاري : زائدة عن زياد منكر الحديث وجهله جماعة وجزم الذهبي في الضعفاء بأنه منكر الحديث  
    “Al-Bukhari berkata, ‘Zaidah dari Ziyad munkar al-Hadits’ dan dinilai majhul (tidak dikenal) oleh sekelompok ulama. Dan Adz-Dzahabi telah menetapkan dalam kitabnya adh-Dhu’afa bahwa dia munkar al-Hadits.” (Lihat,Faidh al-Qadier, I:325)

    Ahmad Syakir berkata, “Isnaduhu dha’iefun (sanadnya dhaif).” (Lihat, Ta’aliq ‘Ala al-Musnad, IV:100)

    Syekh Syu’aib al-Arnauth berkata, “Isnaduhu dha’iefun (sanadnya dhaif).” (Lihat, Ta’aliq ‘Ala al-Musnad, IV:180)

    Kesimpulan Hadis Pertama:
    Hadis yang berkaitan dengan doa menyambut Ramadhan yang dirangkaikan dengan bulan Rajab dan Sya’ban kedudukannya dhaif dan tidak dapat dijadikan hujjah untuk pengamalan.

    Kedua, Tanpa dirangkaikan dengan bulan Rajab dan Sya’ban

    Doa khusus menyambut bulan Ramadhan yang populer di sebagian kaum muslimin dengan redaksi:

    اللّهُمَّ سَلِّمْنِي لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِيْ وَسَلِّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلاً

    Sejauh penelitian kami, hampir selama 15 tahun, redaksi di atas tidak didapatkan sumber asalnya, sehingga tidak jelas riwayat siapa.

    Adapun redaksi yang ditemukan sumber dan periwayatnya adalah sebagai berikut:

    عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ : اللّهُمَّ سَلِّمْنِي لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِيْ وَتَسَلَّمْهُ لِي مُقَبَّلاً
    Dari Ubadah bin As-shamit: “Ya Allah, selamatkanlah aku untuk Ramadhan dan selamatkanlah Ramadhan untukku dan terimalah ia untukku (sebagai) yang diterima.” HR. Ad-Dailami, Al-Firdaws bi Ma’tsur al-Khithab, I:471, No. 1919

    Dalam penelusuran Ibnu Hajar redaksi hadis versi Ad-Dailami itu selengkapnya sebagai berikut:
    عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا هَؤُلاءِ الْكَلِمَاتِ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ يَقُولُ اللَّهُمَّ سَلِّمْنِي لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِي وَتَسَلَّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلا
    Dari Ubadah bin As-shamit, ia berkata, ”Rasulullah saw. mengajarkan kepada kami beberapa kalimat apabila datang bulan Ramadhan, agar salah seorang di antara kami mengucapkan: Ya Allah, selamatkanlah aku untuk Ramadhan dan selamatkanlah Ramadhan untukku dan terimalah ia dariku (sebagai) yang diterima.” (Lihat, Al-Ghara’ib al-Multaqathah min Musnad al-Firdaws Mimmaa Laisa fii al-Kutub al-masyhurah:589, No. 614)

    Sementara At-Thabrani meriwayatkan dengan redaksi:
    عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا هَؤُلاءِ الْكَلِمَاتِ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ أَنْ يَقُولَ أَحَدُنَا اللَّهُمَّ سَلِّمْنِي مِنْ رَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِي وَتَسَلَّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلا
    Dari Ubadah bin As-shamit, ia berkata, ”Rasulullah saw. mengajarkan kepada kami beberapa kalimat apabila datang bulan Ramadhan, agar salah seorang di antara kami mengucapkan: Ya Allah, selamatkanlah aku dari Ramadhan dan selamatkanlah Ramadhan untukku dan terimalah ia dariku (sebagai) yang diterima. HR. At-Thabrani, Ad-dhu’a:284, No. 912

    Abdul Karim bin Muhammad al-Qazwini meriwayatkan pula dengan redaksi:
    عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ  صلى الله عليه وسلم  إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ يُعَلِّمُنَا أَنْ نَقُوْلَ اللّهُمَّ سَلِّمْنَا لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ مِنَّا وَتَسَلَّمْهُ مِنَّا مُتَقَبَّلاً 
    Dari Ubadah bin As-shamit, ia berkata, ”Nabi saw. apabila datang bulan Ramadhan mengajarkan kepada kami agar kami mengucapkan: Ya Allah, selamatkanlah kami untuk Ramadhan dan selamatkanlah Ramadhan dari kami dan terimalah ia dari kami (sebagai) yang diterima.” At-Tadwin fi Akhbar Qazwin, III:424

    Ad-Dzahabi, dalam menjelaskan rawi Ibnu Syaghabah Abu al-Qasim Abdul Malik bin Ali bin Khalaf, mencantum hadis tersebut dengan redaksi:
    عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ  صلى الله عليه وسلم  يُعَلِّمُنَا هؤلاءِ الْكَلِمَاتِ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ اللّهُمَّ سَلِّمْنِي لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِيْ وَتَسَلَّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلاً.
    Dari Ubadah bin As-shamit, ia berkata, ”Nabi saw. mengajarkan kepada kami beberapa kalimat apabila datang bulan Ramadhan: Ya Allah, selamatkanlah aku untuk Ramadhan dan selamatkanlah Ramadhan untukku dan terimalah ia dariku (sebagai) yang diterima.” HR. Ibnu Syaghabah Abu al-Qasim, Siyar A’lam an-Nubala, XIX:51, No. rawi 31

    Kedudukan Hadis

    Meski diriwayatkan oleh beberapa mukharrij (pencatat dan periwayat hadis) dengan redaksi yang berbeda, namun semua jalur periwayatan hadis itu melalui seorang rawi yang popular disebut Abu Ja’far ar-Razi, dari Abdul Aziz bin Umar bin Abdul Aziz, dari Shalih bin Kaisan, dari Ubadah bin as-Shamit.
    Dengan demikian, hadis di atas dikategorikan sebagai hadis gharib mutlaq (benar-benar tunggal).

    Hadis di atas dhaif dengan sebab kedaifan Abu Ja’far ar-Razi, namanya Isa bin Abu Isa Mahan. Dia didaifkan oleh para ahli hadis, antara lain: Al-Fallas berkata, “Dia buruk hafalan”. Abu Zur’ah berkata, “Sering ragu-ragu (dalam meriwayatkan)” (Lihat, Al-Mughni fid Dhu’afa, II:500)

    Penilaian Para ulama Terhadap Hadis di atas:
    Syekh Syu’aib al-Arnauth berkata:
    إسناده ضعيف لضعف أبي جعفر الرازي، واسمه عيسى بن ماهان، قال ابن المديني: كان يخلط، وقال يحيى: كان يخطئ، وقال أحمد: ليس بالقوي في الحديث، وقال أبو زرعة: كان يهم كثيرا، وقال ابن حبان: كان ينفرد بالمناكير عن المشاهير، قلت: وهو راوي حديث أنس: ما زال رسول الله يقنت في صلاة الصبح حتى فارق الدنيا. 
    ”Sanadnya dha’if karena kedhaifan Abu Ja’far ar-Razi, namanya Isa bin Mahan. Ibnu al-Madini berkata, ’Dia rusak (hapalannya).’ Yahya bin Ma’in berkata, ”Dia keliru.’ Ahmad berkata, ’Dia tidak kuat dalam hadis.’ Abu Zur’ah berkata, ’Dia banyak waham.’ Ibnu Hiban berkata, ’Dia menyendiri dengan riwayat-riwayat munkar dari rawi-rawi masyhur.’ Menurut saya, ’Dia rawi hadis Anas, ’Rasulullah saw. tidak henti-hentinya qunut pada salat subuh hingga meninggal dunia’.” Lihat, Tahqiq Siyar A’lam an-Nubala, XIX:51)

    Kesimpulan Hadis Kedua:
    Hadis yang berkaitan dengan doa menyambut Ramadhan tanpa dirangkaikan dengan bulan Rajab dan Sya’ban kedudukannya dhaif dan tidak dapat dijadikan hujjah untuk pengamalan.

    Karena itu, kami berkesimpulan bahwa dalam menyambut kedatangan bulan Ramadhan tidak disyariatkan berdoa secara khusus.


    Oleh Ust. Amin Saefullah Muchtar

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad

    trikblog.co.cc