Header Ads

  • NEWS UPDATE

    Pendidikan Islam dalam Al-Quran



    Al-Quran sebagai kalamullah memiliki berbagai macam rahasia serta keistimewaan baik dalam bahasanya maupun dari segi isi kandungannya yang tidak terdapat dalam kitab suci agama lain. Demikian juga dalam hal ihwal pendidikan dan pembelajaran, Al-Qur’an banyak menginformasikan tentang konsep, model dan juga manhaj pendidikan. Di antaranya terdapat tiga macam rumpun model pembelajaran dalam Al-Qur’an, hal ini diisyaratkan oleh ayat dalam surat  Ali Imran , ayat 164
    لَقَدْ مَنَّ اللّهُ عَلَى الْمُؤمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُّبِينٍ
     ”Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

    Muhammad Rasulullah Saw yang merupakan Minnah  bagi orang mukmin itu, melaksanakan 3 tugas dari Allah !). تلاوة الآيات /tilawah al-ayat = membacakan al-Kitab,  2)  تزكية / tazkiyah = membersihkan,  3) تعليم الكتاب  /ta’lim al-kitab = mengajarkan al-Kitab   تعليم الحكمة ta’lim al-hikmah = mengajarkan hikmat.
    a.    Tilawah al-Aayat
    Al-Raghib ( tt:71 ) menjelaskan, تلاوة / tilawah . secara bahasa artinya   تبع – متابعة / tabi’a – mutaba’ah = mengikuti. Bisa dengan cara mengikuti badannya / orang, mengikuti hukumnya , dan mengikuti bacaannya dengan memperhatikan, mengkaji isi yang terkandung di dalamnya.
    Selanjutnya Al-Raghib mengemukakan, Tilawah itu  khusus dalam mengikuti kitab – kitab Allah, kadang dengan mengikuti bacaannya (dengan memperhatikan isinya) dan kadang dengan mengikuti perintah, larangan, rangsangan, ancaman atau sesuatu yang dibayangkannya. Selanjutnya Al-Raghib pula menyebutkan, bahwa Tilawah lebih khusus dari Qiraah, setiap tilawah adalah qiraah, dan tidah setiap qiraah adalah  tilawah.
    Sementara قراءة /qiraah yang berasal dari kata  قرأ / qaraa ,menurut Al-Raghib ( tt: 413 –414) dalam pandangan  ahli bahasa artinya = mengumpulkan (  قرأ  جمع/ jama’a ). Maka القراءة / al-qiraah, artinya menggabungkan huruf-huruf dan kalimat-kalimat antara yang satu dengan yang lainnya dalam bacaan dengan tartiil. Dan ترتيل / tartiil, dijelaskan oleh Munawwir ( 1984 : 507) membaca dengan pelan-pelan dengan memperhatikan tajwidnya.         
    Dan kata  فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرَآنَهُ    dalam surat al-Qiyamat : 18  ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dalam Al-Raghib dengan  ‘jika kami telah mengumpulkannnya  dan menetapkan dalam hatimu maka lakukanlah’. Al-Kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad disebut   al-Qur’an, karena kitab Ini mengumpulkan isi kitab-kitab sebelumnya, bahkan pula mengumpulkan butir-butir semua ilmu-ilmu,
    Dengan demikian maka tugas Rasul pada yang pertama ini adalah, 
    1)    Membacakan ayat-ayat Alquran kepada shahabat / manusia dengan mengkaji, menggali dan mengungkap makna yang terkandung didalamnya, sementara para shahabat mengikuti bacaan Rasul dengan memperhatikan arti dan makna yang ada di dalamnya.
    2)    Mengikuti isi dan hukum yang terkandung di dalamnya, serta melahirkannya dalam perbuatan
    3)    Dengan mengikuti bacaan dan mengkaji serta memahami apa yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat melahirkan tauhid, yaitu mengesakan Allah.
    Dengan memperhatikan makna –makna di atas, maka selain untuk mencerdaskan manusia, juga terutama Rasul  bertugas untuk menjadikan manusia beriman / bertauhid, berakhlak mulia.

    b.     At-Tazkiyah
    Kata tazkiyah dari kata  زكا /zakaa artinya  =   نما -  نموّاًnamaa – numuwwan, artinya tumbuh, berkembang. Al-Raghib ( tt: 218 ) menjelaskan, kata  زكا -  زكاة /zakaa – zakaatan arti asalnya adalah tumbuh berkembang hasil dari barakah Allah yang termasuk di dalamnya urusan dunia dan urusan akherat.  Maka kata   at-tazkiyah adalah  at-tanmiyah bil khaeraat wal barakaat artinya tumbuh ke arah yang baik dan penuh berkah baik dunia atau akherat. Yang selanjutnya katatazkiyyah  itu diartikan, membersihkan, meluruskan, memperbaiki. Al-Maraghi (II:123) mengartikan kata tazkiyah  dengan  تطهير tathhir mengsucikan, membersihkan. Dan menurut Al-Maraghi yang dibersihkan itu: Aqidah yang kotor,dan akhlaq yang tidak baik, dan Ibnu Al-Jauzi  ( I: 146) menambahkan,membersihkan harta. Dengan demikian yang ditazkiyyah oleh Rasulullah saw meliputi kepada : Aqidah, Akhlaq dan Harta.
    Dengan penjelasan di atas, maka tugas Rasulullah saw pada bagian ke dua yaituTazkiyah, yang meliputi pada, pembersihan Aqidah yang kotor / tazkiyah I’tiqad,pembersihan prilaku yang tidak terpuji / tazkiyah akhlaq, dan pembersihan dalam cara memperoleh harta, juga cara menggunakannya / tazkiyah al-Maal. Tujuannyamenjadikan manusia Azkiyaa manusia yang bermoral bersih baik dengan Allah, dengan dirinya dan dengan orang lain. ( Ibnu Jauzi: I, 146). Dan  dengan tugas ini lebih jauh akan melahirkan: 1) masyarakat yang hidup mempunyai aturan-aturan, 2) kehidupan yang berjalan di atas hukum, 3) dan kehidupan berpolitik, 4) secara tidak langsung akan melahirkan  pemerintahan yang kuat bahkan lebih kuat dari Persia dan Romawi yang saat itu merupakan negara adikusa yang besar. ( Mahmud Hijazi : I, 304)
    Tazkiyah merupakan tugas Rasululah saw yang ke dua setelah Tilaawah, ini memberi arti setelah manusia mengerti dan bertauhid dengan tilawah, selanjutnya manusia itu dibersihkan aqidahnya, akhlaq dan kasabnya melalui tazkiyah, sehingga menjadi manusia yang pandai, mengerti, beriman, berprilaku yang baik atas dasar ilmu , pengertian dan kesadaran sendiri.

    c.    Ta’lim al-Kitab dan al-hikmah
    Al-Raghib ( tt:356 ) menyebutkan arti ta’lim,  yaitu pemberitahuan yang dilakukan berulang-ulang dan sering sehingga berbekas pada diri muta’allim / anak didik. Dan ta’lim adalah menggugah untuk mempersepsikan makna dalam pikiran :
    Tujuan Ta’lim al-Kitab yang dilakukan Rasulullah menurut Al-Maraghi (II:124) 1) mendorong untuk belajar / mengajar tulis baca, 2) menyebarkan cinta tulis baca dalam kehidupan di antara manusia, 3) mengetahui hakikat arti dan isi syareat / mengetahui dasar hukum.
    Sementara itu Mahmud Hijazi ( I, 304) menyebutkan hasil yang akan diperoleh dari tugas Rasulullah saw yang ini, yaitu : 1) akan tumbuh berkembang munculnya para penulis / الكتَّاب, 2) Akan lahir para para ulama, para sarjana yang pandai / العلماء , 3) Akan bermunculan orang yang arif, orang yang bijak / الحكماء , 4) akan lahir para pemimpin yang pandai dan bijaksana /  القادة فى العلوم و المعارف 
    Dengan demikian pada tugas Rasululah saw yang ke tiga, mengandung nilai pengembangan, penambahan ilmu dan wawasan, mengetahui dasar-dasar pengambilan ilmu, sehingga tidak cukup menciptakan manusia yang bertauhid (tugas tilawah), manusia yang bersih keyakinan, akhlaq dan hartanya (tugas tazkiyah). Tapi juga menciptakan manusia yang berbuat atas dasar ilmu pengetahuan, beramal atas sumber yang jelas, tidak taqlid buta ( tugas ta’lim al-Kitab).   
    Kata  الحكمة / al-hikmah diambil dari kata  حكم / hakama, artinya menghalangi sesuatu untuk kemaslahatan.  Dan hikmah disebut hikmah karena  hikmah itu menghalangi dari kebodohan . ( Al-Raghib: 126 ).
    Banyak pengertian hikmah yang dikemukakan oleh para mufassir, antara lain :
    Ibnu Al-Jauzi ( VI: 318)  menyebutkan hikmah adalah الفهم و العقل  pemahaman dan kepandaian. Al-Maraghi ( VII : 83 ) menyebutkan  العقل و الفطنة  kepandaian dan kecerdasan. Shawi ( III : 313 ) mengatakan hikmah itu , ilmu, amal, ma’rifah, amanah, cahaya dalam hati yang dapat mengetahui sesuatu seperti dapat mengetahui  dengan penglihatan. Dan Al-Raghib (tt: 126) mengungkapkan hikmah itu, mendapatkan kebenaran berdasarkan ilmu dan akal إصابة الحقّ بالعلم و العقل Sementara Al-Thabari ( III : 163 ) menafsirkan hikmah dalam ayat ini adalah السنّة 
    Untuk itu tugas Rasulullah dalam  ta’lim al-hikmah akan menghasilkan 1) manusia yang tahu, mengerti akan  sunnah yang merupakan penguat terhadap kebenaran Alquran, penjelasan terhadap Alquran yang bersifat umum, 2) membuka mata kepandaian dan perasaan manusia, 3) menjadikan manusia faqih yang berfikir tidak hanya dari Nash yang dhahir tapi juga dari yang bathin yang tersirat di dalamnya, 4) mengetahui rahasia-rahasia yang terkandung dalam Alquran dan sunnah Rasul, 5) mendorong manusia untuk melahirkan ilmu pengetahuannya dalam bentuk amal perbuatan yang ditujuan untuk beribadah kepada Allah swt. ( Al-Maraghi : II, 124 ).
    Ayat di atas Ali Imran 164  adalah ayat yang memuat  manhaj pendidikan Alquran. Para pakar pendidik Muslim menjadikan ayat di atas sebagai  konsep, sistem dan manhaj / metoda pendidikan Islam. Para pakar itu seperti Arsan Al-Kaelani, Abdurrahman Al-Nahlawi dsb.  Pada ayat di atas Muhammad Rasulullah saw berperan sebagai  مربّي / murabbi guru, dan kaum muslimin saat itu berpungsi sebagai متربّي / mutarabbi  murid. Yang dilakukan Nabi sebagai guru 3 manhaj yaitu:
    1.    Manhaj al-Tilawah. Dalam hal ini bermuatan penanaman awal  Aqidah dan akhlak. Rasul mendidik manusia untuk dapat membaca, memahami isi yang dibaca, mengikuti apa yang ada di dalamnya. Dengan demikian Rasulullah menjadikan ummat yang pandai, yang dapat menggunakan fikiran, sehingga dengan kepandaian dan fikirannya mendorong untuk bertauhid, beriman kepada Allah pemberi kepandaian, serta berakhlak mulia.
    2.    Manhaj Tazkiyah. Dalam ini bermuatan pembersihan, aqidah, Akhlaq; dan harta. Rasul mendidik manusia untuk bermoral bersih  أزكياء bersikap, berprilaku yang baik . Tidak hanya mendidik manusia supaya pandai dan berilmu, tapi juga menjadikan manusia yang bersih  أزكياء dalam pandangan Allah swt.
    3.    Manhaj ta’lim Al-Kitab wal hikmah.  Dalam bagian ini bermuatan pengembangan, pembinaan Rasulullah mendidik manusia agar berkembang, maju, berilmu pengetahuan yang dalam, berbuat atas suatu pekerjaan berdasarkan kepada ilmu, bukan karena taqlid. Dan berhujjah dengan hujjah yang kuat, seperti Alquran. Manhaj ta’lim Al-Sunnah. bermuatan fiqih, analisa istinbath dan aplikasi. Rasul mengajarkan manusia agar pandai membaca sesuatu, menganalisa, melakukan telaahan, meneliti, mengambil kesimpulan atas dasar analisa / istinbath,  yang kemudian dari hasil analisa tersebut dilahirkan dalam bentuk perbuatan sehari-hari yaitu amal shaleh yang berupa ibadah kepada Allah.
    Para pakar pendidikan Barat telah merumuskan hakikat tujuan Pendidikan yaitu,
    1.    Kognitif yaitu, menumbuhkan dan mengembangkan proses berpikir.
    2.    Afektif yaitu, pembentukan sikap atau pembentukan kepribadian.
    3.    Psikomotor yaitu, pembentukan keterampilan.
    Jika konsep tujuan pendidikan tersebut dibandingkan dengan manhaj qur`ani di atas, hakikatnya yang termuat dalam tujuan pendidikan barat sudah ada dan telah lama ada dalam manhaj qur`ani. Tujuan pendidikan kognitif telah termuat dalam manhaj tilawat, tujuan afektif termuat dalam manhaj tazkiyat, tujuan psikomotor termuat dalam manhaj Ta'lim kitabah dan manhaj Ta'lim al-hikmat. Namun, dalam manhaj qur`ani mempunyai nilai lebih pada manhaj tilawat tujuan yang ingin diperoleh tidak hanya penumbuhan dan pengembangan berpikir, tapi juga bertauhid, beriman. Dikehendaki dari manhaj ini pemikiran dan kepandaian yang diperoleh itu mendorong manusia untuk beriman dan bertauhid kepada sang pencipta alam semesta. Pada manhaj tazkiyat, tujuan yang ingin dicapai tidak hanya membentuk dan menumbuhkan sikap dan prilaku yang baik, dalam tanda kutip “sikap yang baik menurut pandangan manusia”, tapi dapat menumbuhkan sikap, perilaku, akhlak yang terpuji menurut ajaran Allâh swt. Pada manhaj Ta'lim al-kitab dan al-Hikmat tujuan yang ingin dicapai tidak hanya membentuk dan melahirkan keterampilan, keahlian dan pekerjaan, tapi membentuk keterampilan, keahlian, pekerjaan, dan amaliah yang bertujuan ibadah kepada Allâh swt, untuk bekal dan kebahagiaan kelak di akhirat. Maka dengan demikian konsep qurâni akan melahirkan manusia-manusia yang bertauhid, berakhlak, beribadah dan beramal saleh. Tujuan utamanya duniawi dan ukhrawi untuk mencapai ridla Allâh swt. 
    Bukan melahirkan manusia-manusia yang pandai dan terampil, tapi tidak bertauhid, tidak berakhlak dan tidak beribadah. Dan tujuan utamanya hanya duniawi. (pzu.or.id)

    Penulis:
    DRS. H. DEDENG ROSYIDI

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad

    trikblog.co.cc