Mu’alla bin Fadhl berkata : “Para Ulama Salaf
(terdahulu) berdoa (meminta) kepada Allah SWT selama enam bulan agar Allah
SWT memanjangkan usia mereka sampai
bulan Ramadhan....
Riwayat di atas merupakan salah satu
riwayat yang memberikan gambaran kepada kita tentang keadaan perasaan,
khususnya kerinduan, kegelisahan, harap-cemas, keinginan, sikap, tekad, doa dan
janji orang-orang terdahulu (salaf) terkait dengan bulan Ramadhan. Bulan yang senantiasa mereka nantikan. Seakan-akan
mereka
beranggapan bahwa bulan Ramadhan itu laksana seorang kekasih yang senantiasa ditunggu-tunggu
kedatangannya. Mereka sangat rindu bulan Ramadhan. Rindu
berat.
Rindu yang tak tertahankan. Kerinduan yang menjadikan mereka ‘galau’ dan senantiasa
bertanya-tanya, متى يأتينا رمضان؟
(Kapankah Ramadhan itu tiba?)
Tatkala Ramadhan itu tiba, kebahagiaan
serta kegembiraan senantiasa terpancar dari wajah-wajah mereka. Harapan dan doa
mereka yang senantiasa terpanjatkan, akhirnya dikabulkan oleh Allah SWT. Mereka sangat mengagungkan dan mementingkan
bulan Ramadhan. Keutamaan Ramadhan pun tak luput ingin mereka raih. Oleh karena
itu, sebagian mereka mengurangi rutinitas aktifitas sehari-hari. Bahkan
sebagian yang lain dengan sengaja membatalkan atau mengosongkan acara ataupun
kegiatan yang akan mengganggu kekhusukan ibadah mereka di bulan tersebut. Subhanallah.
Para Sahabat radhiyallahu ‘anhum senantiasa
mengisi waktu di bulan Ramadhan dengan berbagai macam ibadah, berikut sebagian
potret ibadah mereka:
1.
Shalat Malam
(Tarawih)
Mari kita perhatikan potret ibadah tarawih para
sahabat. Mereka senantiasa memanjangkan shalat malam sebagai wujud meneladan
Rasulullah SAW. Sebagaimana terdapat pada sebuah riwayat,
عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ أَنَّهُ قَالَ
أَمَرَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ وَتَمِيمًا الدَّارِيَّ
أَنْ يَقُومَا لِلنَّاسِ بِإِحْدَى عَشْرَةَ
رَكْعَةً قَالَ وَقَدْ كَانَ الْقَارِئُ يَقْرَأُ بِالْمِئِينَ حَتَّى كُنَّا نَعْتَمِدُ
عَلَى الْعِصِيِّ مِنْ طُولِ الْقِيَامِ وَمَا كُنَّا نَنْصَرِفُ إِلَّا فِي فُرُوعِ
الْفَجْرِ
Dari As-Sa`ib
bin Yazid dia berkata, " Umar bin Khatthab memerintahkan Ubay bin Ka'ab
dan Tamim Ad Dariy untuk mengimami orang-orang, dengan sebelas rakaat."
As Sa`ib berkata; "Imam membaca dua ratusan ayat, hingga kami bersandar
di atas tongkat karena sangat lamanya berdiri. Dan kami tidak keluar melainkan
di ambang fajar." (Hr. Malik no. 379)[ii]
Hadis di atas menunjukkan betapa panjangnya shalat
malam mereka. Karena saking panjangnya sampai-sampai mereka terpaksa bersandar
pada tongkat. Subhanallah.
عَنْ مَالِك عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي
بَكْرٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي يَقُولُ كُنَّا نَنْصَرِفُ فِي رَمَضَانَ فَنَسْتَعْجِلُ
الْخَدَمَ بِالطَّعَامِ مَخَافَةَ الْفَجْرِ
·
Dari Malik
dari Abdullah bin Abu Bakar berkata, saya mendengar Bapakku berkata; "Pada
bulan Ramadhan kami keluar (selesai dari shalat) segera mempersiapkan makanan
karena takut datangnya fajar." (Hr. Malik no. 382)[iii]
Hadis ini pun sama menjelaskan betapa panjangnya
shalat malam mereka sehingga tatkala shalat mereka selesai, mereka harus
bersegera mempersiapkan makanan sahur karena takut keburu shubuh.
عَنْ مَالِك عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ
عَنْ أَبِيهِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ كَانَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ مَا شَاءَ
اللَّهُ حَتَّى إِذَا كَانَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ أَيْقَظَ أَهْلَهُ لِلصَّلَاةِ يَقُولُ
لَهُمْ الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ ثُمَّ يَتْلُو هَذِهِ الْآيَةَ { وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ
وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
}
·
Dari Zaid
bin Aslam dari Bapaknya bahwa Umar bin Khatthab shalat malam dalam jumlah yang
banyak, hingga ketika menjelang akhir malam dia membangunkan keluarganya untuk
shalat. Dia berkata kepada mereka; "ASHSHALAAH ASHSHALAAH (shalatlah
kalian, shalatlah kalian) ." Setelah itu ia membaca ayat; '(Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki
kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa) '[iv]
(Hr. Malik no. 382)[v]
Keheningan malam sudah menjadi teman mereka saat
bermunajat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lambung mereka senantiasa
jauh dari tempat tidur. Dingin yang menusuk tulang pun seolah tidak mereka
hiraukan. Mereka sangat berusaha keras dan bersungguh-sungguh. Kesungguhan yang
berbentuk tekad bulat untuk melaksanakan ibadah tarawih sebaik mungkin. Karena
mereka ingat akan janji Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang menunaikan shalat pada malam
bulan Ramadlan (shalat tarawih) dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala
dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni”[vi]
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ
لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ انْجَفَلَ
النَّاسُ إِلَيْهِ وَقِيلَ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَجِئْتُ فِي النَّاسِ لِأَنْظُرَ إِلَيْهِ فَلَمَّا اسْتَبَنْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهِ كَذَّابٍ
فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا
السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ
Diriwayatkan dari Abdullah bin Salam ia berkata, "Tatkala
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang ke Madinah, orang-orang berlari
menuju ke arahnya. Ketika diumumkan "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam telah tiba, " maka aku pun mendatangi kerumunan orang-orang itu
untuk melihat beliau. Ketika aku dapat melihat dengan jelas wajah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, aku dapat mengetahui bahwa wajah beliau bukanlah
wajah seorang pendusta, dan pertama kali yang beliau ucapkan adalah:
"Wahai manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, dan shalatlah di
malam hari ketika orang-orang tidur, maka kalian akan masuk surga dengan
selamat. "[vii]
Rasanya kalau kita melihat panjangnya shalat kita dan para sahabat, nampaknya masih sangat jauh sekali ! Terkadang kalau kita mah saat imam membaca surat yang agak sedikit panjang pun seperti surat-surat yang terdapat juz 28-29 semisal surat al mulku, surat al ma’aarij dan semisalnya, maka pada rakaat berikutnya ucapan aamiennya kita pun sudah berbeda. Seolah amien kita itu merupakan pesan singkat untuk imam agar jangan terlalu panjang bacaan suratnya. Padahal surat yang dibaca imam tersebut tidaklah full satu rakaat, malahan satu surat tersebut dipotong sehingga menjadi empat bagian yang dibaca pada empat rakaat. Bagaimana kalau satu rakaatnya itu imam membaca dua ratus ayat. Kira-kira imamnya diadukan gak ya?!
Disarikan
oleh Ade Abdullah dari kitab “أخطاء شائعة واعتقادات باطلة تتعلق بشهر رمضان وزكاة
الفطر والعيدين
” (Kesalahan-kesalahan
umum dan keyakinan-keyakinan yang salah terkait bulan Ramadhan, Zakat Fithri
dan Dua Shalat ‘Ied) karya Ahmad bin Abdullah As Sulamiy. Adapun yang berkaitan dengan
riwayat-riwayat yang terdapat pada karya beliau ini, beliau menjamin kesahihan
riwayat-riwayat tersebut . (Lihat hal. 13)
[i] Lihat kitab “Wazha’if Ramadhan” karya Syaikh
Sulaiman bin Abdurrahman Al ‘Amriy. Hal. 11. Penerbit Yayasan As Sa’idiyyah,
Riyadh.
[ii] Lihat kitab “Muwatho’ Malik”
karya Imam Malik bin Anas. . Jilid II. Hal. 158-159. Editor Muhammad Mushtofaa
Al A’zhamiy.
[iii] Lihat kitab “Muwatho’ Malik”
karya Imam Malik bin Anas. . Jilid II. Hal. 160. Editor Muhammad Mushtofaa Al
A’zhamiy.
[v] Lihat kitab “Muwatho’ Malik”
karya Imam Malik bin Anas. . Jilid II. Hal. 162. Editor Muhammad Mushtofaa Al
A’zhamiy.
[vi] Hr. Muslim no. 759
[vii] Hr. Ibn Majah no. 1334
Tidak ada komentar:
Posting Komentar