Header Ads

  • NEWS UPDATE

    Hadis-Hadis Dha’if di Seputar Ramadhan (Bagian VI)

    E. Bulan Ramadhan “Raja” Semua Bulan

    عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سَيِّدُ الشُّهُورِ شَهْرُ رَمَضَانَ وَأَعْظَمُهَا حُرْمَةً ذُو الْحِجَّةِ
    Dari Abu Sa’id al-Khudriyi, ia berkata, “Rasulullah saw. Bersabda, ‘Pemimpin bulan adalah bulan Ramadhan dan yang paling agung kehormatannya adalah Dzulhijjah’.” HR. Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman, V:310, No. hadis 3479; Al-Bazzar, Kasyf al-Astar ‘An Zawa’id al-Bazzar ‘ala al-Kutub as-Sittah, I:369; Ibnu Asakir, Mukhtashar Tarikh Ibnu Asakir, XI:357

    Al-Baihaqi meriwayatkan pula dengan redaksi:
    سَيِّدُ الشُّهُورِ شَهْرُ رَمَضَانَ
    “‘Pemimpin bulan adalah bulan Ramadhan.” (Lihat, Syu’ab al-Iman, V:242, No. hadis 33640

    Kedudukan Hadis

    Meski diriwayatkan oleh beberapa mukharrij (pencatat dan periwayat hadis) namun semua jalur periwayatan hadis itu melalui rawi-rawi yang sama, yaitu Khalid bin Yazid, dari Yazid bin Abdul Malik, dari Shafwan bin Sulaim, dari Atha bin Yasar, dari Abu Sa’id al-Khudriyi.
    Dengan demikian, hadis di atas dikategorikan sebagai hadis gharib mutlaq (benar-benar tunggal).

    Hadis di atas dhaif dengan sebab kedaifan rawi Yazid bin Abdul Malik. Nama lengkapnya Yazid bin Abdul Malik bin al-Mughirah, Abu Nawfal an-Nawfaliy. Dia didaifkan oleh para ahli hadis, antara lain Ibnu Ma’in berkata, “Dha’if al-Hadits.” Ahmad berkata, “Munkar al-Hadits.” Abu Hatim berkata, “Dha’if al-Hadits,  Munkar al-Hadits jiddan.” Abu Zur’ah berkata, “Munkar al-Hadits.” Al-Bukhari berkata, “Ahaditsuhu syibh laa sya’ia.” An-Nasai berkata, “Matruk al-Hadits.” (Lihat, Al-Jarh wa at-Ta’dil, IX:279; At-Tarikh al-Kabir, VIII:348; Mizan al-I’tidal, VII:245; Tahdzib al-Kamal, XXXII:196-200)

    Penilaian Para ulama Terhadap Hadis di atas:

    Al-Baihaqi berkata:
    فِي إِسْنَادِهِ ضَعْفٌ
    “Padanya terdapat kedhaifan.” (Lihat, Syu’ab al-Iman, V:242)

    Ibnu Rajab al-Hanbali berkata:
    وفي إسناده مقال
    “Pada sanadnya terdapat perbincangan.” (Lihat, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, VI:122)

    Syekh al-Albani berkata:
    وهذا إسناد ضعيف يزيد بن عبد الملك - وهو النوفلي -  قال الحافظ في التقريب : "ضعيف"  
    “Dan ini sanad yang dhaif, Yazid bin Abdul Malik, dia An-Nawfali, Ibnu Hajar berkata dalam kitabnya Taqrib at-Tahdzib, ‘Dia dhaif’.” (Lihat, Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah wa al-Mawdhu’ah, VIII:205)

    Kesimpulan:
    Hadis yang menunjukkan bahwa Ramadhan sebagai “raja” semua bulan kedudukannya dhaif. Karena itu, tidak dapat dijadikan hujjah untuk keyakinan akan hal itu.

    F. Harapan Ramadhan terjadi sepanjang Tahun

    عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَاتَ يَوْمٍ وَقَدْ أَهَلَّ رَمَضَانُ: لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا رَمَضَانُ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي أَنْ يَكُونَ السَّنَةَ كُلَّهَا ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ خُزَاعَةَ : يَا نَبِيَّ اللَّهِ ، حَدِّثْنَا ، فَقَالَ : إِنَّ الْجَنَّةَ لَتَزَيَّنُ لِرَمَضَانَ مِنْ رَأْسِ الْحَوْلِ إِلَى الْحَوْلِ ، فَإِذَا كَانَ أَوَّلُ يَوْمٍ مِنْ رَمَضَانَ هَبَّتْ رِيحٌ مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ ، فَصَفَقَتْ وَرَقَ الْجَنَّةِ ، فَتَنْظُرُ الْحُورُ الْعِينُ إِلَى ذَلِكَ ، فَيَقُلْنَ : يَا رَبِّ اجْعَلْ لَنَا مِنْ عِبَادِكَ فِي هَذَا الشَّهْرِ أَزْوَاجًا تُقِرُّ أَعْيُنَنَا بِهِمْ ، وَتُقِرُّ أَعْيُنَهُمْ بِنَا قَالَ : فَمَا مِنْ عَبْدٍ يَصُومُ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ إِلاَّ زُوِّجَ زَوْجَةً مِنَ الْحُورِ الْعِينِ فِي خَيْمَةٍ مِنْ دُرَّةٍ مِمَّا نَعَتَ اللَّهُ : {حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ} [الرحمن] عَلَى كُلِّ امْرَأَةٍ سَبْعُونَ حُلَّةً ، لَيْسَ مِنْهَا حُلَّةٌ عَلَى لَوْنِ الأُخْرَى ، تُعْطَى سَبْعُونَ لَوْنًا مِنَ الطِّيبِ ، لَيْسَ مِنْهُ لَوْنٌ عَلَى رِيحِ الآخَرِ ، لِكُلِّ امْرَأَةٍ مِنْهُنَّ سَبْعُونَ أَلْفَ وَصِيفَةٍ لِحَاجَتِهَا ، وَسَبْعُونَ أَلْفَ وَصِيفٍ...
    Dari Abu Ma’sud, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda pada suatu hari dan hilal bulan Ramadhan telah terlihat, ‘Sekiranya para hamba mengetahui apa Ramadhan itu niscaya umatku berharap bulan Ramadhan sepanjang tahun.” Maka seorang laki-laki dari Khuza’ah berkata, ‘Wahai Nabi Allah, ceritakanlah kepada kami.’ Maka Nabi bersabda, “Sesungguhnya surga itu pasti berhias untuk bulan Ramadhan dari penghujung tahun hingga tahun. Apabila pada hari pertama bulan Ramadhan angin berhembus dari bawah Arsy, lalu daun surga bergoyang, maka mata yang jelita memandang kepada hal itu. Lalu ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, jadikanlah bagi kami di antara hamba-hamba-Mu pada bulan ini pasangan yang menyejukan mata kami dan mata mereka.’ Nabi bersabda, “Maka tidak ada seorang hamba pun yang shaum satu hari di bulan Ramadhan kecuali ia diberi pasangan yang bermata jelita (dipingit) di dalam rumah yang terbuat dari mutiara sebagaimana disebutkan sifatnya Allah: ‘(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah.  (QS. Ar-Rahman:72)
    Setiap perempuan mengenakan 70 pakaian yang berbeda-beda warna dan aromanya dan setiap perempuan memiliki 1000 dayang (gadis pelayan) dan 70.000 bujang yang melayani kebutuhannya…HR. Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah, III:190-191, No. 1886; Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman, V:239, No. 3362.

    Hadis di atas diriwayatkan pula oleh Abu Ya’la (Lihat, Musnad Abu Ya’la, V:125, No. 5273), al-Mundziri (Lihat, at-Targhib wa at-Tarhib, II:355, No. 1765)  Ibnu al-Jauzi (Lihat, Al-Mawdhu’at, II:188-189) dan Abu Sa’id as-Syasyi (Lihat, al-Musnad as-Syasyi, II:410, No. 787), namun tercatat bersumber dari sahabat Ibnu Mas’ud, bukan Abu Mas’ud.

    Kedudukan Hadis

    Meski diriwayatkan oleh beberapa mukharrij (pencatat dan periwayat hadis) namun semua jalur periwayatan hadis itu melalui rawi-rawi yang sama, yaitu Jarir bin Ayyub al-Bajali, dari Asy-Sya’bi, dari Nafi bin Burdah, dari Abu Mas’ud al-Ghifari (atau Ibnu Mas’ud versi riwayat lainnya).
    Dengan demikian, hadis di atas dikategorikan sebagai hadis gharib mutlaq (benar-benar tunggal).

    Hadis di atas sangat dhaif dengan sebab kedaifan rawi Jarir bin Ayyub al-Bajali. Dia didaifkan oleh para ahli hadis, antara lain Al-Bukhari berkata, “Munkar al-Hadits.” Abu Nu’aim, “Kaana yadha’ul hadits (dia memalsukan hadis).” An-Nasai berkata, “Matruk.” (Lihat, Mizan al-I’tidal, II:116)

    Penilaian Para ulama Terhadap Hadis di atas:

    Al-Haitsami berkata:
    رَوَاهُ أَبُو يَعْلَى، وَفِيهِ جَرِيرُ بْنُ أَيُّوبَ، وَهُوَ ضَعِيفٌ
    “Hadisnya diriwayatkan oleh Abu Ya’la, dan pada sanadnya terdapat rawi Jarir bin Ayyub, dan dia dhaif.” (Lihat, Majma’ az-Zawa’id, III:141)

    Ibnul Jawzi berkata:
    هذا حديث موضوع على رسول الله صلى الله عليه وسلم، والمتهم به جرير ابن أيوب.
    “Ini adalah hadis palsu atas nama Rasulullah saw., dan rawi yang tertuduh dengan pemalsuan itu adalah Jarir Ibnu Ayyub.” (Lihat, Al-Mawdhu’at, II:188)

    Penilaian yang sama disampaikan pula oleh as-Suyuthi (Lihat, al-La’ali al-Mashnu’ah fi al-ahadits al-Mawdhu’ah, II:85), Asy-Syawkani (Lihat, al-Fawa’id al-Majmu’ah fi al-Ahadits al-Mawdhu’ah:88) dan Syekh al-Albani (Lihat, Dha’if at-Targhib wa at-Tarhib, I:149)

    Kesimpulan:

    Hadis yang berkaitan dengan harapan bahwa Ramadhan terjadi selama setahun karena terdapat berbagai keutamaan seperti disebutkan di atas kedudukannya sangat dhaif, bahkan cenderung palsu, dan tidak dapat dijadikan hujjah untuk keyakinan adanya keutamaan seperti itu.



    Oleh Ust. Amin Saefullah Muchtar

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad

    trikblog.co.cc