Header Ads

  • NEWS UPDATE

    Analisis Awal Bulan Syawal 1434 H.

    Kalender Hijriyyah
    Kalender Hijriyyah disebut juga dengan Kalender Qamariyyah (Kalender Bulan). Dinamai demikian karena sistem penanggalannya  didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi dari satu ijtima’ (conjunction/new moon: bulan dan matahari segaris bujur) ke ijtima’ berikutnya. Dengan demikian perhitungan Kalender hijriyah/Qamariyyah didasarkan pada peredaran sinodis bulan (29.53058824 hari [average of sinodic month, dari satu new moon/ijtima’ ke new moon phase berikutnya]).
    Kapan terjadinya ijtima (conjuntion), secara amat akurat, dengan ketelitian sampai orde detik, telah dapat dihitung saat ini.
          Namun, walaupun demikian kalender tidak bisa dibuat berdasarkan waktu ijtima’. Karena, kejadian ijtima’ bisa terjadi kapan saja, siang maupun malam. Sedangkan pergantian tanggal hijriah terjadi pada saat maghrib (sunset), dan penetapan tanggal baru, dilakukan ketika hilal (crescent) sudah terlihat
    ÙŠَسْئَÙ„ُونَÙƒَ عَÙ†ِ اْلأَÙ‡ِÙ„َّØ©ِ Ù‚ُÙ„ْ Ù‡ِÙŠَ Ù…َÙˆَاقِيتُ Ù„ِلنَّاسِ ÙˆَالْØ­َجِّ...
    Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; (QS. al-Baqarah [2]: 189)

    Hilal?
    Menurut ar-Raghib al-Asfahani seorang pakar leksikografi al-Qur’an, hilal[1] adalah bulan pada malam pertama dan kedua (di awal bulan), sedangkan setelah itu (setelah bulan malam pertama dan kedua), dia disebut Qamar tidak disebut hilal. Mu’jam Mufradat al-fadzil- qur’an: 542.
                Sedangkan menurut as-Sayisi          
    اَÙ„ِهلاَÙ„ُ: Ù…ِÙŠْÙ‚َاتُ الشَّÙ‡ْرِ
    Hilal adalah pertanda waktu (awal) bulan. Tafsir ayatil ahkam I: 88.
    Dengan demikian, kemunculan hilal dia tas ufuk mar’i merupakan pertanda dimulainya awal bulan hijriah (QS. 2:189). Adapun besar dan kecilnya hilal yang dapat dirukyat agama tidak memberi batasan, hal ini tergantung pada ketajaman penglihatan si perukyat atau si pengamat.

    Metode untuk mengetahui kemunculan hilal
                Untuk mengetahui kemunculan hilal di atas ufuk mar’i, kaum muslimin menggunakan dua metoda pendekatan: [1] Rukyat dan [2] hisab.
                Metoda rukyat (observasi) adalah: Metoda mengetahui hilal di atas ufuk mar’i dengan menggunakan indra mata (mata telanjang), ketika akhir bulan (tgl 29). Bila hilal terlihat oleh mata, maka besoknya adalah bulan baru. Bila hilal tidak terlihat oleh mata, maka bulan yang sedang berjalan tersebut di istikmal (digenapkan 30 hari). Metoda ini dikenal orang dengan nama rukyat bil ‘ain atau bil fi’li. Metoda ini digunakan oleh umat Islam kurun pertama  
                Metoda rukyat sekarang sudah mengalami perkembangan, yakni tidak saja dengan indra mata tapi menggunakan alat bantu observasi (teleskop atau binokuler).
                Metode hisab (astronomi) adalah: Metode mengetahui hilal diatas ufuk mar’i melalui perhitungan astronomi modern, yang merupakan hasil penelitian ilmiah mutakhir. Pada dasarnya hisab ini berasal dari rukyat juga,  yakni hisab ini adalah hasil dari pengamatan (rukyat) dan penelaahan jangka panjang terhadap posisi bulan dan matahari oleh para ahli astronomi.    
    Adapun perhitungan astronomi (Hisab) meliputi analisis hal-hal berikut:
    d  Waktu terjadinya ijtima’(conjuntion).
    d  Posisi bulan dan matahari, meliputi antara lain: Altitude (ketinggian), Azimut, relative Azimut, Relative Altitude (Beda Tinggi), Elongation (Sudut Pisah), waktu terbenam (ghurub), durasi bulan diatas horizon/ufuk (Moon’s staying period) dsb.
    Hasil perhitungan tadi yakni yang mencakup tentang posisi bulan dan matahari, baik saat  conjuntion maupun sunset (Ghurub) digunakan untuk:
    @  Memprediksi Moonsighting (memprediksi dimana dan kapan untuk melakukan rukyatul hilal)
    @  Untuk menentukan kemungkinan yang mendekati pasti akan dapat terlaksananya rukyatul hilal, untuk meghindari pengamatan yang sia-sia bila perhitungan astronomi menunjukan bahwa bulan mustahil akan tampak setelah matahari terbenam.
    @  Memprediksi kawasan mana saja di dunia (dalam bentuk lengkung para bola arah puncak ke timur) yang dapat melakukan moonsihgting/rukyatul hilal.
    Kriteria hisab
                Hitungan para ahli hisab bisa saja semuanya sama. Namun ketetapan awal bulannya bisa berbeda. Hal ini tergantung kepada kriteria yang mereka gunakan dalam menetapkan awal bulan tersebut. Dengan kata lain penetapan awal bulan hijriah dengan hisab tergantung kriteria yang digunakan dalam mengambil keputusan.         
                Sekurangnya ada tiga kriteria yang digunakan oleh ahli hisab di Indonesia untuk menetapkan awal bulan baru: [1] Ijtima qablal ghurub [2] Wujudul hilal, [3] Imkanur-rukyat.
    [1] Ijtima’ Qablal Gurub
    Ijtima Qablal Ghurub adalah kriteria awal bulan hijriah yang berpatokan kepada waktu ijtima: bila ijtima’ (conjuntion) terjadi sebelum gurub matahari, maka sudah dianggap masuk bulan baru.          
    [2] Wujudul hilal
    Wujudul Hilal adalah kriteria awal bulan hijriah yang didasarkan kepada wujudnya “hilal” (diatas ufuk mar’i) berdasarkan data hisab, baik terlihat ataupun tidak terlihatnya hilal oleh mata. Pengertian Wujudnya ini terdefinisi bila Ijtima terjadi sebelum matahari terbenam, dan matahari terbenam terlebih dahulu daripada bulan. Serta bulan memiliki ketinggian  positif.


    Gambar 1: Kriteria Wujudul Hilal
    Credit: RHI
    [3] Imkanur-rukyat
    Imkanur-rukyat adalah suatu kriteria awal bulan hijriah yang didasarkan kepada kemungkinan keberhasilan dirukyatnya hilal oleh mata, yang sebelumnya diperhitungkan terlebih dahulu. Kriteria  imkanur-rukyat ini adalah gabungan antara metode hisab dan metode rukyat. Dengan demikian, menurut kriteria ini hisab adalah ilmul-yakin sedangkan rukyat adalah ‘ainul-yakin.
                Ada beberapa macam kriteria imkanur-rukyat (visibilitas hilal) yang dianut di Indonesia, antara lain:
    A.   Kriteria Imakanur-Rukyat DEPAG RI
    Ãœ  Kriteria Irtifaul hilal: Ketinggian minimal hilal dapat teramati adalah 2 derajat.
    Ãœ  Kriteria beda waktu terbenam: Dengan Kriteria irtifaul hilal seperti di atas maka beda waktu   terbenam bulan-matahari adalah +8 menit.

    B.    Kriteria Imkanur-rukyat MABIMS (Mentri-Mentri Agama Brunai, Indonesia, Malaysia dan Singapura).
    Ãœ  Kriteria irtifaul hilal: Tinggi hilal minimal 2 derajat.
    Ãœ  Kriteria posisi bulan dan matahari: Jarak bulan (hilal) dari matahari minimal 3 derajat
    Ãœ Kriteria umur bulan (dihitung sejak ijtima’): Umur bulan sejak ijtima’ minimal 8 jam.
                Kriteria ini terkenal juga dengan sebutan kriteria 2-3-8

    Gambar 2: Kriteria Imkanur rukyat MABIMS
    Credit: RHI

    C.    Kriteria Imkanur-Rukyat LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), di Adopsi Oleh PERSIS
    Ü Kriteria Beda Tinggi: Beda tinggi antara bulan dan matahari: > 4 derajat,
    Ãœ Kriteria Jarak Busur (Elongasi ): Jarak busur antara bulan dan  matahari: > 6.4 derajat

    Gambar 2: Kriteria Imkanur rukyat LAPAN/PERSIS
    Credit: T. Djamaluddin

    ANALISIS 1 SYAWAL 1434 H
                Menurut hitungan (Hisab) dengan Sistem Ephemeris Hisab dengan memasukan koreksi delta T (68,33395 detik), maka data awal bulan Syawal 1434 H untuk POB Pelabuhan ratu (φ=-7°1'49,4", λ= 106°33'35,1"), Ketinggian Tempat: 52,685 m adalah sebagai berikut:
    Ijtimak Terjadi pada               : Rabu, 7 Agustus 2013 M, Jam WIB
    Matahari Terbenam               : 17:55:38,72    WIB                
    Arah Matahari                        : 16° 17' 52,15'' Di ukur dari Titik Barat ke Utara                  
    Tinggi Hilal Hakiki                 : 04° 07' 24,23''                                               
    Tinggi Hilal Lihat/Mar'I         : 03° 52' 52,85''/03° 53' 27,3''                                           
    Arah Hilal                               : 10° 21' 17,65'' Di ukur dari Titik Barat ke Utara                  
    Posisi Hilal                              :-05° 56' 34,49'' Selatan Matahari                 
    Keadaan Hilal                         : Miring ke Selatan                                        
    Deklinasi Bulan (Hilal)           : 09° 44' 14,24''                                               
    Right Ascension Bulan          : 9:28:8,41                                           
    Lama Hilal                              : 00:16:23,26                                       
    Hilal Terbenam                      : 18:12:01,98    LMT                            
    Arah Terbenam Hilal             : 09° 49' 36,62'' Di ukur dari Titik Barat ke Utara                  
    Iluminasi Hilal                        : 0,47    %                                
    Relative Altitude (Topo)        : 04° 15' 43,6''                                              
    Elongasi (Topo)                      : 07° 18' 40,64''                                            
    Nurul Hilal                              : 0,4732071      Jari                              
    Umur Bulan                            : 13: 04:38,98  

                Dengan memperhatikan data-data di atas, kriteria apapun yang digunakan akan sepakat bahwa tanggal 1 Syawwal 1434 H jatuh pada hari Kamis, 8 Agustus 2013 M. karena telah memenuhi kriteria masing-masing.
                Misalkan, Ijtima Qablal Ghurub yang menetapkan bahwa awal bulan terjadi bila ijtima terjadi sebelum ghurub. Ini sudah terpenuhi. Karena dari data di atas terlihat bahwa ijtimak terjadi pada jam 04:50:59,74 WIB, baru setelah itu terjadi ghurub pada jam 17:55:38,72 WIB.
                Wujudul Hilal, yang menetapkan bahwa awal bulan terjadi bila Ijtima terjadi sebelum matahari terbenam, dan matahari terbenam terlebih dahulu daripada bulan. Serta bulan memiliki ketinggian  positif. Ini sudah terpenuhi. Karena ijtima terjadi sebelum ghurub serta matahahari terbenam terlebih dahulu daripada bulan. Matahari tenggelam (ghurub) terjadi pada jam: 17:55:38,72 WIB baru setelah itu bulan menyusul masuk ke peraduannya pada jam:  18:12:01,98 WIB. Posisi bulan ketika ghurub pun positif dalam artian berada di atas ufuk mar’i setinggi: 03° 53' 27,3''      
                Kriteria Imkanurrukyat: [1] Depag RI: Ketinggian hilal pada saat ghurub sudah memenuhi ambang bawah kriteria Depag RI yakni 2° yaitu sebesar 03° 53' 27,3''.  [2] MABIMS: Kriteria 2-3-8 sudah terpenuhi karena ketinggian hilal: 03° 53' 27,3'',  Posisi Hilal (Elongasi) 05° 56' 34,49'' dan Umur bulan 13 jam 04 menit 38,98 detik, [3] LAPAN/PERSIS: (yakni kriteria 4° dan 6,4°). Dari data di atas maka kriteria LAPAN/PERSIS pun telah terpenuhi karena, beda tinggi matahari-bulan (Relative Altitude): 4,3° atau 04° 15' 43,6'' dan sudut pisah Matahari dan bulan: 7,31° atau 07° 18' 40,64''

    Dengan analisis di atas walaupun kita berbeda ketika mengawali Shaum Ramadhan 1434, tapi Insya Allah bersama-sama dalam ber-Iedul Fitri.

    Wallahu ‘alam bis Shawab.







    [1] Atau dalam kajian lain hilal adalah:“Cahaya bulan baru setelah didahului proses ijtimak, cahaya bulan tersebut bisa terlihat dengan mata, dan posisi bulan harus berada di atas ufuk”. Lihat, Utsman Burhanuddin, Shaum Ramadhan 1434 H 9 atau 10 juli  2013? Hal. 6








    Oleh
    Ust. Usman Burhanuddin



    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad

    trikblog.co.cc